Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ditutup menguat tipis seiring tarik menarik antara sentimen negatif dan positif di pasar keuangan.
Rupiah Senin ditutup menguat 10 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.850 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.860 per dolar AS.
“Sentimen positif dan negatif masih beradu kuat di pasar sehingga rupiah ditutup tidak jauh dari penutupan Jumat kemarin,” kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (18/5).
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini yaitu pasar menyikapi positif lockdown yang dibuka di beberapa negara seperti di kawasan Eropa, sebagian AS, China, Korsel, Hong Kong, Vietnam, dan lain-lain, seiring dengan berkurangnya jumlah kematian dan jumlah kasus positif di negara pandemi tersebut.
Penguatan rupiah terhadap dolar AS juga terbantu oleh stimulus besar yang dikeluarkan oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang memperbesar likuiditas dolar di pasar. The Fed kurang lebih sudah mengeluarkan dua triliun dolar AS untuk pembelian obligasi.
Pasar masih mewaspadai potensi gelombang kedua pandemi pasca-pelonggaran lockdown dan memburuknya data-data ekonomi karena wabah yang bisa menekan kembali sentimen positif.
Selain itu, lanjut Ariston, pasar juga mungkin menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia besok.
“Kalau saya melihat BI mungkin masih hold, mengikuti The Fed dan bank sentral lainnya. BI mungkin menggunakan tools lain untuk melakukan stimulus,” ujar Ariston.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.855 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.850 per dolar AS hingga Rp14.888 per dolar AS.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan rupiah menguat menjadi Rp14.885 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.909 per dolar AS.