Jakarta, Aktual.com — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah enam poin menjadi Rp13.325 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.319 per dolar AS. Instrumen aset mata uang berisiko, termasuk rupiah cenderung mengalami tekanan di awal pekan ini merespon penolakan rakyat Yunani terhadap persyaratan utang dari kreditur dalam referendum yang telah dilaksanakan Minggu (5/7).
“Ketidakpastian merebak di pasar keuangan dan pelaku pasar menunggu respon dari pemerintah Yunani dan kreditur menanggapi hasil referendum tersebut,” ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin (6/7).
Kendati demikian, lanjut dia, adanya optimisme belanja modal pemerintah pada semester II tahun ini yang akan meningkat signifikan dipercaya dapat mendorong perekonomian nasional sehingga menahan tekanan rupiah lebih dalam.
“Beberapa proyek sudah jalan, serapannya diperkirakan bisa maksimal hingga 80 persen di semester dua,” katanya.
Ke depan, ia mengharapkan bahwa pemerintah akan terus mendorong penyerapan belanja modal di beberapa kementerian yang penyerapannya masih relatif rendah. Penyerapan belanja modal dapat memberikan efek berantai dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa laju rupiah cenderung lebih baik dibandingkan posisi tadi pagi menyusul munculnya optimisme dari dalam negeri mengenai perekonomian domestik yang akan tumbuh pada semester kedua nanti.
“Laju rupiah di kisaran Rp13.300-Rp13.350 per dolar AS masih cukup stabil,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (6/7) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.353 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.316 per dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka