Jakarta, Aktual.co — Rencana prestisius Presiden Jokowi yang ingin membangun pembangkit listrik hingga 35 GW atau 35.000 MW butuh perhatian serius dari presiden dan tidak hanya sekedar wacana prestisius yang tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah.

“Ada beberapa sumbatan yang menjadi hambatan dalam kesuksesan pencapaian target 35 GW yang batasan waktunya hingga kapan selesai tidak jelas. Presiden harus punya target jelas penyelesaian 35 GW itu berapa tahun, sehingga ada time frame yang jelas dan menjadi acuan untuk monitoring pelaksanaan,” ujar direktur Energi Watch Indonesia, Ferdinand Hutahaean di Jakarta, Sabtu (2/5).

Menurutnya, target ini bukan target mudah untuk dicapai, ini target sangat prestisius mengingat perijinan yang tidak mudah dan niat dari investornya sendiri.

“Dua hal sangat pokok yaitu perijinan dan kemauan investor. Investor banyak yang mau berinvestasi dalam bidang ini tapi tidak mau bersentuhan dengan urusan-urusan lokal misalnya masyarakat. Ini yang harus dicarikan jalan keluarnya. Presiden harus membentuk tim khusus monitoring pelaksanaan pembangun listrik 35 GW supaya tidak menjadi lelucon semata,” jelasnya.

Keadaan perekonomian Indonesia, lanjutnya,, sangat tidak mungkin menyelesaikan proyek tersebut sendirian tanpa investor. Disinalah pentingnya tim khusus tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah lokal dan membantu perijinan, membantu memfasilitasi pengadaan lahan dan hal-hal yang prinsip.

“Kami ragu akan keberhasilan program ini. Karena saat ini kementrian ESDM dan PLN terlihat tidak punya strategi khusus untuk mensukseskan program ini. Bahkan ada investor yang sudah lengkap ijinnya tapi belum memulai proses pembangunan, ini harus dimonitor kenapa belum jalan,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka