Karena terjangan ombak dan angin, ia bersama nelayan anak buah perahu selerek lainnya hanya bisa sekali menebar jaring, sementara saat cuaca bersahabat bisa sampai empat kali.

“Karena hanya bisa satu kali menebar jaring, hasil tangkap kami juga berkurang. Biasanya bisa mendapat sepuluh sampai lima belas ton, sekarang paling hanya satu atau dua ton,” katanya.

Memaksa menebar jaring saat badai datang, menurut para nelayan ini, bisa menyebabkan perahu terseret arus, bahkan terbalik atau tenggelam.

Nelayan perahu selerek yang sentranya berada di Desa Pengambengan, baru sekitar tiga bulan terakhir menikmati hasil tangkap yang melimpah setelah sekitar dua tahun paceklik.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid