Jakarta, Aktual.com – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral masih menetapkan status siaga untuk Gunung Merapi yang berlokasi di Jawa Tengah dan Yogyakarta lantaran aktivitas erupsi gunung api itu terhitung tinggi.

“Berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental, maka kami simpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Merapi ditetapkan pada tingkat Siaga,” kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono di Jakarta, Kamis (10/3).
Status siaga level III itu telah ditetapkan sejak 5 November 2020 hingga hari ini. Gunung Merapi kini memiliki dua kubah lava, yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.
Berdasarkan analisis foto udara yang dilakukan tanggal 20 Februari 2022, volume kubah lava barat daya terhitung 1.578.000 meter kubik dan volume lava tengah kawah sebesar 3.228.000 meter kubik.

Pada Rabu malam (9/3), rentetan awan panas guguran terjadi di Gunung Merapi. Adapun saat Kamis pagi (10/3), Badan Geologi mencatat ada 16 kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimal lima kilometer ke arah tenggara di alur Kali Gendol.
Awan panas guguran itu menyebabkan hujan abu ke beberapa tempat, terutama di sisi barat laut Gunung Merapi dengan jarak maksimal 13 kilometer. Aktivitas Merapi saat ini masih terhitung tinggi karena guguran tercatat sebanyak 140 kali dalam satu hari.
“Aktivitas vulkanik internal juga masih tinggi ditunjukkan oleh data seismisitas dan deformasi. Seismisitas internal (VTB dan MP) terjadi lebih dari kali per hari, sedangkan laju deformasi EDM RB1 sebesar 3,5 mm per hari,” kata Eko.
Badan Geologi merekomendasikan pemerintah daerah serta pemangku kepentingan di sekitar Gunung Merapi untuk melakukan berbagai upaya mitigasi dalam menghadapi bahaya erupsi.
Sedangkan masyarakat diminta untuk tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya dan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar gunung api tersebut.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.
Adapun pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer dan Sungai Gendol lima kilometer. Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.*

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin