Jakarta, Aktual.com — Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI), Ferdinand Hutahaean mempertanyakan landasan PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan PT Bumi Sarana Migas proyek LNG (Gas Alam Cair) Receiving Terminal Bojonegara, Banten, Jawa Barat.

Menurutnya, kerjasama tersebut telah terjadi konflik kepentingan pada PT Bumi Sarana Migas yang merupakan milik anak dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yakni Solihin Kalla.

“Kita sudah mengikuti perkembangan MoU antara Pertamina dengan BSM ini sejak 2014 dan kita sudah mengkritisinya sejak lama. Yang menjadi pertanyaan kita paling mendasar adalah landasan dari Pertamina bekerjasama dengan BSM. Terlihat ada conflict of interest karena BSM ini group usaha Jusuf Kalla yang saat ini menjadi wakil presiden,” kata Ferdinand kepada Aktual.com, Senin (28/3).

Dia menuntut kepada Pertamina untuk lebih terbuka tentang Head of Agreement (HoA) tersebut, karena Pertamina sebagai BUMN harus menyelnggarakan usahanya secara transparan.

Sebagaimana diketahui bahwa PT Pertamina (Persero) bekerjasama dengan PT Bumi Sarana Migas untuk membangun proyek LNG (Gas Alam Cair) Receiving Terminal Bojonegara, Banten, Jawa Barat.

Kerja sama ini diketahui sudah sampai pada tahap penandatanganan Head of Agreement (HoA) yang dilakukan pada 1 April 2015 lalu oleh Direktur Energi Baru dan Terbarukan Pertamina Yenni Andayani dan Direktur PT Bumi Sarana Migas Solihin Kalla serta disaksikan langsung oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto

Vice President Corporate Communication Wianda Pusponegoro mengakui bahwa terpilihnya PT Bumi Sarana Migas itu bukanlah hasil dari tender, melainkan berdasar pada pengajuan feasibility study yang diajukan oleh pihak Bumi Sarana Migas kepada Pertamina.

“Bukan tender atau penunjukkan, jadi itu lebih ke arah pengajuan feasibility study dari PT (Bumi Sarana Migas) tersebut,” kata Wianda kepada Aktual di Jakarta, Kamis (16/4).

Berdasarkan data yang diperoleh Aktual, jika dibandingkan dengan proyek Pertagas FSRU Cilamaya LNG Company, penjualan regasified LNG dilakukan dari Pertagas Cilamaya langsung ke End Customer (IPP Jawa, IPP Sunyarangi dan Pertamina Balongan). Sehingga Pertamina tidak menanggung resiko penyerapan pasar.

Dari segi LNG Supply dan market demand pun proyek Pertagas ini menunjukan posisi yang sangat aman karena volume demand sesuai dengan volume supply LNG.

Tidak seperti LNG Bojonegara antara Pertamina dengan BSM, yang terdapat porsi unmarketable LNG cukup besar. Di mana available market yang dimiliki hanya untuk IPP Jawa I sebesar 320 MMSCFD dan PLN Jawa Barat sebesar 334 MMSCFD, total keduanya adalah 654 MMSCFD. Sementara target LNG Supply nya sendiri justru mencapai 1000-1500 MMSCFD.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka