Pada hadits riwayat Ibnu Abbas RA mengatakan:
“مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى قَالَ رَآهُ بِفُؤَادِهِ مَرَّتَيْنِ”
Artinya: “Tidaklah hati itu salah terhadap apa yang dilihatnya, dan ia telah melihatnya pada kesempatan yang lainnya, Ibnu Abbas berkata : melihatnya dengan mata hatinya sebanyak dua kali”(HR. Muslim).
Dimana Ibnu Abbas tidak akan mengatakan sesuatu yang ghaib tentang Nabi kecuali mendengarkan langsung darinya, karena semua sahabat Nabi adalah orang-orang yang adil yang tidak mungkin berbohong.
Adapun riwayat yang mengatakan bahwa Sayyidah Aisyah RA mengingkari bahwa Nabi telah melihat Allah yaitu pada yang diriwayatkan Imam Bukhari:
“فَقَدْ كَذَبَ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صلى الله عليه وسلم رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ ثُمَّ قَرَأَتْ لاَ تُدْرِكُهُ الأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَارَ ”
Artinya: “ benar-benar salah orang yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad SAW telah melihat Tuhannya, kemudian ia membaca ayat “ Allah tidak bisa dilihat oleh mata sedangkan Allah Dzat yang melihat mata” (HR. Bukhari).
Syekh Yusri hafidzahullah menjelaskan bahwa ada dua cara untuk menggabungkan dua hadits yang secara dzahirnya saling bertentangan tersebut. Cara yang pertama adalah kita katakana bahwa Sayyidah Aisyah ketika mengingkari Nabi melihat Allah, adalah dengan mengambil dalil dari Alqur’an dan tidaklah mendengarkan langsung dari Nabi SAW sebagai orang yang mengalami kejadian tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid