Jakarta, Aktual.com – Bahasa adalah tantangan paling mendesak bagi Kemenpar untuk menarik turis Tiongkok ke tanah air. Ini juga bagian dari kelemahan Indonesia dibandingkan dengan Thailand, yang lebih familiar berbahasa Mandarin. Thailand lebih banyak yang bisa berbahasa Tiongkok, lebih dekat dengan Tiongkok, dan papan-papan namanya juga sudah lama dibuat banyak bahasa, diantaranya Mandarin.
Ketika volume arus wisman Tiongkok ke tanah air mulai melimpah, problem itu semakin kelihatan nyata. Jumlah tour guide Mandarin kurang, interpreter kurang, petugas hotel, bandara, restoran, pelayan toko, jasa transportasi, semua serba terbatas. Sedangkan belajar bahasa Mandarin, butuh waktu lama? “Baidu rupanya punya solusi bagus. Mereka buat Baidu Maps, semacam Google Maps-nya Tiongkok yang detail dan presisi,” sebut Menpar Arief Yahya dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Sabtu (24/9).
Baidu Maps yang di layar ditandai dengan tulisan “Du” itu interaktif. Tidak harus mengetik kata-kata ke websitenya, tetapi bisa via voice atau suara. Aktifkan aplikasi recordernya, tinggal sebut sesuatu. Baidu dengan segala keunggulannya, menampilkan dengan cepat apa saja yang kita cari. “Teknologi bisa melayani kebutuhan yang amat personal, yakni bahasa,” kata Mantan Dirut PT Tekom yang sering menyebut More Digital More Personal, More Digital More Global, More digital more professional.
Mereka juga punya teknologi translate yang mirip aplikasi yang disediakan Google Translate. Bisa diketik, bisa suara, bisa discan atau difoto, yang langsung dialih bahasakan. Aplikasi translate dan maps itu benar-benar menerobos barikade persoalan bahasa yang kerap membuat turis tidak punya nyali untuk eksplorasi alam dan budaya di setiap destinasi. Mereka semakin nyaman, karena ada guide digital yang sudah online dan bisa mencari info tentang apa saja yang dibutuhkan turis.
“Ini momentum Go Digital, dan Kemenpar serius mendigitalisasi di semua lini. Membangun hardwere itu butuh waktu panjang, kami fokus menuntaskan yang bisa menjadi quick win, yakni menyiapkan softwere dan teknologinya, sambil membangun infrastruktur prioritas,” jelas Arief Yahya sesaat setelah bertemu tim manajemen Baidu di Beijing.
Tim Baidu sendiri dipimpin Direktur Richard Lee, dengan timnya lengkap, Li Yang, Global Baidu Maps Senior Manager, Yu Dang En, Global Baidu Maps, Chen Ni dan Liu Jian, Baidu Nuomi’s Travel Vice GM, Ken Tao, Indonesia’s local office representative, dan beberapa staf yang menyiapkan berbagai presentasi.
Sedangkan Menpar Arief Yahya didampingi Staf Khusus Bidang IT Samsriyono Nugroho, Staf Khusus Bidang Media dan Komunikasi Muh Noer Sadono, Sesdep Ni Wayan Giri Adnyani dan beberapa staf seperti Martini M Paham, dan Sespri Menpar Teguh S. “Kami juga lagi desain untuk koneksi Baidu Travel dengan Indonesia Travel X-Change (ITX) digital market place nya Indonesia untuk joint,” kata Samsriyono, Stafsus IT yang membantu menata digitalisasi di Kemenpar itu.
Menurut Sam, saat ini Expedia, Booking.com dan Ticket.com sudah LoI dengan ITX dan sudah proses teknis integrasi. CTrip diharapkan juga bisa connect, ITX sebagai penyedia layanan paket-paket khusus yang brlum dibuat oleh CTrip, sehingga coverage nya lebih luas di semua lini.
Sam juga menambahkan, saat ini related industry yang sudah mengajukan LoI aggregator antara lain, Hotel MG Holiday dg 5000 hotel, Swiss Bell ada 60 property, 3 Hotel Trans Luxury, Istana Maimun, TWC, Trans Studio, Jungleland, ITDC Nusa Dua. “On progress GWK – Garuda Wisnu Kencana. Untuk selanjutnya siap kita susun by destinasi,” kata Samsriyono yang Mantan Dirut Lintasarta itu.
Bagaimana dengan follow up para Kadispar di daerah? Yang sudah mengikuti Rakornas Kemenpar III dengan misi Go Digital be The Best itu? “Responsif dan sangat menggembirakan! Ada 20 Dispar yang sudah meminta tindak lanjut ke daerah masing-masing. Kami akan lakukan akselerasi per cluster,” jawabnya.
Ada tiga provinsi yang sudah siap Go Digital. Proses sosialisasi dengan kadispar dan industri yang sudah konkret dan terjadwal adalah Sumatera Utara, 3-4 Oktober, Dispar Kepri 5-6 dan Aceh 10-11 Oktober 2016. Bagaimana yang lain? Kita tunggu saja. Yang pasti, dalam digital itu yang cepat mengalahkan yang lambat, bukan yang besar memakan yang kecil.