Jakarta, Aktual.com – Balap egrang dan balap karung menjadi magnet tersendiri dari Festival Wonderful Indonesia (FWI) di perbatasan Entikong. Lomba tradisional dari Kemenpar RI ini menghebohkan wisman Malaysia.
Meski acara baru mulai pukul 10.00, sebagian pengunjung dari Tebedu Serawak Malaysia pukul 09.00 sudah berdatangan. Dari pantauan pos perbatasan Entikong, mereka datang berombongan dengan mobil. Lalu dijemput panitia dengan menggunakan bus menuju lokasi Lapangan Patoka, Jln Raya Malindo Entikong, 3 kilo meter dari perbatasan.
“Kami sepuluh orang sengaja datang ke Entikong untuk melihat Festival Wonderful Indonesia. Orang kami suka kebudayaan Indonesia seperti lomba egrang,” kata Derawi, mewakili teman-temanya dari Majelis Daerah Sirian, sebuah kecamatan terdekat dengan border Entikong.
Mereka mengaku datang ke Entikong yang pertama kalinya karena ada even festival. Padahal hanya dibatasi pos berbatasan antar negara. Dia berharap akan ada even-evan lainya sehingga bisa mengajak teman-temanya di Tebedu Serawak Malaysia.
Festival di lapangan Patoka Entikong akan berlangsung dua hari Sabtu-Minggu (27-28/8/2016). Persembahan Kemenpar dalam rangka promosi wisata ini kedua kalinya setelah Maret 2016 lalu dihelat di lokasi yang sama. Dari even dua hari akan dihadiri sedikitnya 360 wisatawan Malaysia. Ini meningkat dua kali dari konser Maret yang dikunjungi 150 wisman perbatasan (cross border tourism). Sedangkan untuk penonton lokal dihadiri lebih dari 3000 orang. Setelah balap egrang dan karung dimulai, wisman Malaysia menyerbu lapangan. Mereka sorak sorai sambil tertawa melihat para peserta lomba yang jatuh.
“Yang seperti ini tidak ada di tempat kami,” kata Sim Chi Kiong, turis asal Borneo Serawak.
Konsep acara juga menarik. Karena menggabungkan unsur kebudayaan antar negara. Sebagai even pembuka, sebuah tarian asal Tebedu Serawak Malaysia menyapa ribuan penonton. Sebuah tarian yang sengaja ditampilkm untuk menyambut tamu. Panitia juga menggabungkan MC Malaysia dan Indonesia.
“Ini tarian Ngajat Iban, kalo di daerah kami khusus untuk menyambut tamu,”kata Robet, pimpinan Sanggar Gahat Mawang Tebedu yang membawa tarian ini.
“Kami senang festival wonderful Indonesia sehingga bisa tampil di Indonesia,” tambahnya.
Panitia juga menyuguhkan tarian lokal Entikong dari sanggar Tari Dayung Kumang. “Ini tarian Seroung yang menggambarkan ritual melindungi bayi dari roh-roh jahat,” ujar salah satu penari Febrian Sonti.
Meski panas terik, penonton terus berdatangan. Mereka dari sekitar Entikong dan kota Sanggau. Festival ini juga membangkitkan ekonomi lokal. Terbukti ada 50 lebih warung-warung warga sekitar di lokasi acara untuk buka lapak. Selain belasan UMKM lokal.
Eddy Susilo, Kepala Bidang Festival Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar RI dalam sambutanya menyampaikan maksud dan tujuan Festival Wonderful Indonesia di Entikong untuk memenuhi komitmen target wisman 12 juta tahun 2016, 2 juta daintaranya dari Malaysia.
“Kemenpar memerlukan dukungan stake holder dari perbatasan. Terimakasih atas dukungan semua pihak sehingga bisa terlaksana FWI ini,” katanya.
Konjen RI Kuching Jahar Gultom yang juga hadir memandang penting FWI Entikong. Dengan adanya festival sangat baik untuk menjalin hubungan Malaysia -Indonesia. KJRI Kuching mendukung dengan mengundang beberapa pejabat Kuching dan Serawak.
KJRl juga mempublikasikan FWI melalui website, media lokal, media sosial, mengundang warga dan pelajar Indonesia di Kuching.
“Kami juga mengundang kelompok moge ada 15 orang mau datang dan sudah kami utus surat-suratnya juga,” jelasnya.
Wabub Sanggau, Drs Johanes Ontot MSi optimis dari target 2 juta wisman dari Malaysia, kabupaten Sanggau bisa menyumbang 1000 wisman. Selama ini sudah tercapai 500 wisman dari berbagai even daerah. Untuk even FWI dia berharap ada kerjasama dengan periwisata daerah supaya lebih sukses mendatangkan pengunjung lokal maupun Malaysia.
“Kami siap mengerahkan pengunjung sebanyak banyaknya kalau memang dilibatkan,” katanya di sela acara.
Asdep Pengembangan Pemasaran Mancanegara Wilayah ASEAN Rizki Handayani menyebut, Festival ini tepat untuk menggaet pasar crossborder.
“Beberapa kali yang kami lakukan mendapat respons positif dari masyarakat perbatasan,” pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka