Foto dari udara menunjukkan salah satu pulau hasil reklamasi di Teluk Jakarta, DKI Jakarta, Sabtu (23/7). Komite Gabungan Reklamasi Teluk Jakarta telah memutuskan menghentikan proyek reklamasi secara permanen di Pulau G dan selanjutnya pelaksanaan reklamasi diserahkan atau menjadi tanggungjawab pemerintah pusat. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama/16.

Jakarta, Aktual.com – Ahok ngotot melanjutkan reklamasi dengan mendasarkan Kepres kadaluarsa yang menjadi kontraproduktif ketika sudah ada Perpres terbaru.

Padahal, dia (Ahok) melawan logika umum yang meyakini bahwa proyek itu tidak bermanfaat bagi masyarakat banyak, terbukti kalah digugat oleh masyarakat diPTUN.

Rizal Ramli tampil sebagai Menko Maritim yang dengan tegas menolak dan menghentikan proses pembangunan beberapa pulau tersebut, tapi Jokowi pantang mundur membela Ahok dan Rizal Ramli digusur dari kabinet.

Dari kondisi ini, jelas sang ‘Rajawali Ngepret’ menjadi orang yang ter-dzholimi karena sang presiden lagi-lagi membela Ahok, padahal dia (Ahok) bukan anggota menteri utama sang presiden.

Rizal Ramli menjadi simbol perlawanan rakyat yang tertindas dalam melawan komprador pengeruk kekayaan Ibu Pertiwi. ProDEM memaklumkan meminta Rizal Ramli segera mendeklarasikan pencalonan sebagai Gubernur DKI guna melanjutkan perlawanan terhadap Gubernur “Developer” maupun Presiden “Developer”.

Para pihak yang tidak menginginkan Rizal Ramli untuk terus berada di kabinet adalah kaum pendusta. Orang-orang yang tidak suka sang Rajawali Ngepret untuk melanjutkan perlawanan dengan mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI untuk membongkar skandal reklamasi, adalah mereka yang mau mengendalikan pemerintahan boneka kayu ini.

Dialah para hamba Neo-liberal yang bersekutu dengan para mafia tambang, mafia minyak, serta mafia pengembang dan Land Lord yang menguasai jutaan hektare tanah dan kini mungkin bisnis lahan hitamnya mulai terganggu.

Mereka para komprador dan kutu republik yang berkeinginan terus menerus kuasai kekayaan Bumi Pertiwi. Mereka melakukan tipu daya dibalik penyelamatan Jakarta dengan gagasan ‘Giant Sea Wall’ dan reklamasi, padahal niat busuknya adalah kuasai lahan untuk enklave etnis tertentu. Waspadalah!

 

Oleh: Satyo P, Sekretaris Jenderal ProDem

Artikel ini ditulis oleh: