Jakarta, Aktual.com – Ekonom senior Bambang Brodjonegoro menyarankan agar pemerintah mengendalikan angka inflasi pangan, bukan sekadar menjaga harga, melainkan memastikan distribusi merata ke masyarakat terlaksana baik ketika menyikapi ancaman resesi global 2023.

“Negara-negara maju, khususnya yang mengalami musim dingin, akan bersikap pragmatis akibat perang Rusia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara-negara lain membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batubara. Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia,” ujar mantan Menristek/mantan Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro pada webinar nasional bertema Antisipasi Resesi Global 2023: Kasus Indonesia, dipantau dari kanal YouTube Moya Institute, Jakarta, Jumat (25/11).

Negara-negara maju, tutur Bambang, khususnya yang mengalami musim dingin akan bersikap pragmatis akibat perang Rusia dan Ukraina yang tidak jelas kapan berakhir. Negara-negara lain membutuhkan pasokan komoditas yang cepat, seperti batubara.

“Hal ini bisa menjadi meningkatkan ekspor Indonesia,” ujar Bambang.

Mantan Ketua Wantimpres yang juga ekonom senior UGM Sri Adiningsih mengemukakan, dunia saat ini memang sedang mengalami banyak perubahan sebagai akibat dampak pandemi COVID-19.

Termasuk, kata Sri Adiningsih, menyoal pemulihan ekonomi masing-masing negara di dunia. Namun, Indonesia masih beruntung sebab ekonominya relatif tetap baik di tengah pandemi.

“Indonesia masih memiliki daya tahan yang terjaga. Ada beberapa kekuatan ekonomi Indonesia tetap bertahan dan diperkirakan tidak terseret ancaman resesi global tahun depan,” ujarnya.

Sri Adiningsih menjelaskan, faktor penopang ekonomi Indonesia antara lain terdapat pada berkurangnya restrukturisasi perbankan, neraca perdagangan membaik meski mulai ada tekanan, produksi pertanian tetap menanjak, dan jumlah penduduk yang bisa dikapitalisasi.

Secara terpisah, pemerhati isu-isu strategis Prof Imron Cotan optimistis pemerintah Indonesia mampu menghadapi badai ekonomi yang diperkirakan para pakar akan terjadi pada 2023.

Menurutnya, perekonomian Indonesia tidak terlalu terekspos kepada sistem Bretton Woods, di samping memiliki komoditas ekspor unggulan yaitu batu bara, CPO, bauksit, dan nikel.

Komoditas-komoditas strategis ini tetap akan dibutuhkan negara-negara konsumen, terlepas krisis terjadi atau tidak.

“Terbukti dengan pertumbuhan positif ekonomi nasional yang menurut Menkeu saat ini mencapai 6,6 persen,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin