Menteri Keuangan Sri Mulyani - Trump Effect. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih saja membanggakan utang pemerintah yang tinggi. Pasalnya, pola pikir pemerintah masih melihat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif rendah di bawah 30 persen.

“Saat ini, target kita di tahun ini rasio kita terhadap GDP akan mencapai 28 persen. Ini masih lebih baik dibanding negara maju yang utangnya tinggi,” tandas Sri Mulyani di acara Seminar Fraksi Partai Golkar DPR RI, dengan tema Problem Defisit Anggaran dan Strategi Optimalisasi Penerimaan Negara 2017, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (20/2).

Sri Mulyani mengambil contoh negara seperti Jepang yang mengalami pertumbuhan ekonomi rendah, cuma 1-2 persen, rasio utang terhadap PDB-nya mencapai 245-250 persen.

“Sementara posisi penduduk Jepang yang mayoritas penduduknya sudah tua, tapi masih punya utang tinggi jelas tak menguntungkan,” ujar dia.

“Karena tak mungkin dia kurangi utangnya dengan growth (ekonomi). Ini paling pelik kalau lihat kasus utang di dunia. Sementara kalau kita (penduduknya) masih produktif dan masih bisa bekerja,” klaim Menkeu.

Bahkan, dia juga membandingkan rasio utang Indonesia dengan negara yang sudah bangkrut, Yunani. Menurutnya, rasio utang Negara Dewa itu mendekati 200 persen. Tentu Indonesia lebih baik.

“Yunani utangnya tinggi, defisitnya juga tinggi 4,2 persen, padahal batas di Uni Eropa 3 persen. Ini kemungkinan akan ada Grexit (Yunani keluar dari Uni Eropa). Makanya pembicaraan soal utang itu tak lepas dari defisit kita. Tahun ini kita targetkan 2,41 persen,” ungkap dia.

Mungkin pemerintah bisa bangga dengan rasio utang terhadap PDB yang kecil. Padahal secara jumlah sangat tinggi. Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) terus mengalami pertumbuhan signifikan. Hingga Triwulan IV-2016 atau akhir 2016 mencapai US$317 miliar atau sekitar Rp4.121 triliun dengan kurs Rp13.000 per USD.

Dengan jumlah tersebut, berarti ULN Indonesia mengalami pertumbuhan sebanyak 2 persen secara year on year (yoy) atau dibanding akhir 2015 lalu. Tren ULN dalam setiap tahun terus mengalami peningkatan.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan