RAPBN 2016 (Aktual/Ilst.Nelson)

Jakarta, Aktual.com — Direktur Executive Banggar Watch, Fahmi Hafel meminta DPR menunda pengesahan RAPBN 2016. Ia menilai penyusunan RAPBN 2016 sangat tidak realistis, karena target-target di dalam postur RAPBN tidak mencerminkan realitas kondisi ekonomi yang diahadapi bangsa.

“Saya meminta pengesahan RAPBN ditunda sementara waktu dan dikaji ulang,” katanya kepada Aktual.com, Jum’at (23/10) di Jakarta.

Lebih detil, ia mengatakan Dolar AS dipatok dibawah Rp14 ribu dalam RAPBN, padahal ia memprediksi dolar kedepan bisa mencapai Rp16 ribu. Selanjutnya mengenai pertumbuhan ekonomi, dari 5,5 persen diturunkan menjadi 5,2 persen. Walaupun diturunkan katanya, namun angka tersebut tidak memiliki dasar yang kuat karena dalam satu tahun pemerintahan Jokowi-JK, belum banyak investasi baru.

“Angka-angka yang mucul tidak realistis dan tidak memiliki dasar yang kuat, ini akan berpengaruh pada keyakinan investor dan perekonomian nasional,” jelasnya.

Penyertaan modal negara (PNM) kepada BUMN terlalu besar, ditinjau dari APBNP 2015 yang disetorkan sebagai PMN tidak memberikan dampak signifikan terhadap keuntungan BUMN.

Ia memprediksi harga minyak pada tahun depan akan semakin turun dikarenakan kebutuhan atau permintaan ekonomi dunia menurun, ia juga mengatakan sektor pendapatan dari pajak terlalu tinggi, ia meminta pemerintah berkaca dari APBNP 2015 menargetkan kisaran Rp1300 triliun, nyatanya baru tercapai 51 persen dari target.

“Masih banyak klausul-klausul yang harus diubah di RAPBN, diantaranya seperti pendapatan di sektor migas, pajak dan hal-hal lain,” terangnya.

Ia menyatakan RAPBN 2016 sangat neolib dan tidak mencerminkan trisakti dan nawacita, lantaran terjadi pengurangan anggaran di sektor kehutanan dan pertanian. Ia menyayangkan RAPBN lebih banyak disasarkan pada pembangunan infrastruktur bukan pembukaan lapangan kerja baru.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Arbie Marwan