Maket PLTU Lontar dipajang dengan latar belakang pembangunan proyek PLTU Lontar unit 4 di Desa Lontar, Kecamatan Kemiri, Tangerang, Banten, Jumat (10/6). PLTU Lontar unit 1 - 4 dengan total kapasitas 4 x 315 MW tersebut siap mendukung program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik 35.000 MW, sementara PLTU Lontar unit 1 - 3 sudah beroperasi sejak tahun 2011 serta sudah masuk dalam jaringan kelistrikan Jawa - Bali. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ama/16

Jakarta, Aktual.com – PT Indonesia Power (IP) akan masif mencari utangan melalui pasar modal. Makanya anak usaha PT PLN (Persero) itu melakukan penerbitan efek sekuritisasi melalui Efek Beragun Aset (EBA). Tahun ini perseroan bakal menerbitkan EBA senilai Rp4 triliun sementara untuk tahun depan mencapai Rp6 triliun.

Utangan dari pasar modal ini disebutnya untuk mendukung pendanaan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2×1.000 MW.

“Izin efektif penerbitan EBA sebesar Rp6 triliun akan dilakukan pada tahun depan. Sekarang kami terbitkan Rp4 triliun,” ujar Direktur Utama PT Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani di Jakarta, Rabu (20/9).

Dia mengharapkan penerbitan EBA senilai Rp6 triliun diharapkan kondisi pasar sedang bagus. “Karena timing akan menentukan biaya penerbitan,” ujar Sripeni.

Ia menjelaskan, hasil penerbitan EBA tersebut akan digunakan perseroan untuk pendanaan PLTU Suralaya 2 X 1000 MW yang diharapkan beroperasi pada akhir tahun 2021.

“Saat ini sedang lelang dan akan segera keluar pemenangnya karena di tahun 2021 bisa selesai,” kata dia.

Seperti diketahui, IP telah melakukan pencatatan EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1 senilai Rp4 triliun pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pagi ini. EBA tersebut menjaminkan tagihan kepada PT PLN atas listrik yang dihasilkan dari PLTU Suralaya 1-4.

Sripeni mengaku, penawaran EBA tersebut yang berlangsung tanggal 4-11 September 2017 mendapat sambutan baik, karena terjadi kelebihan permintaan hingga 2,7 kali yakni mencapai Rp10,5 triliun dari target Rp4 triliun.

Lebih rincinya, EBA dengan imbal hasil investasi tersebut terbagi dua kelas, yaitu ; menjadi kelas A senilai Rp3,688 triliun dengan imbal hasil Investasi 8,25% dan akan dibayarkan setiap tahun hingga jatuh tempo dalam lima tahun kedepan. Sedangkan kelas B senilai Rp312 miliar.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Danareksa Invesment Management, Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan, investor EBA tersebut berasal dari investor institusi, baik bank, manajer investasi, lembaga dana pensiun maupun asuransi.

“Saat penawaran, kami lebih fokus kepada investor institusi ya,” kata dia.

Ke depannya, jelas dia, tidak menutup kemungkinan investor ritel akan tertarik dengan jenis efek ini, jika rutin dan banyak diterbitkan.

“Karena baru, maka investor ritel belum berani masuk,” tandas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan