Jakarta, Aktual.com —  PT Yasindo Utama, sebuah perusahaan swasta nasional berencana membangun pembangkit listrik berdaya 100 MW untuk mendukung kelanjutan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mangan (smellter) di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.

“Namun, kendalanya ada pada PLN sendiri. Perusahaan listrik negara itu belum menyatakan sikapnya untuk membeli sisa daya listrik sebesar 60 MW dari kebutuhan smellter yang hanya menggunakan 40 MW,” kata Bupati Kupang Ayub Titu Eki kepada wartawan di Kupang, Sabtu (5/9).

Bupati Kupang agak sedikit berang dengan manajemen PT PLN (Persero) Cabang Kupang, karena melakukan sistem pemadaman bergilir sudah di luar ambang batas kewajaran.

“Bagaimana mungkin para investor mau menanamkan modalnya di sini jika kondisi listrik kita main mati hidup seriap saat,” katanya.

Peletakan batu pertama pembangunan “smellter” itu dilakukan oleh Menko Perekonomian (waktu itu) Hatta Rajasa pada 2012, namun sampai sekarang belum bisa dilanjutkan karena keterbatasan daya listrik untuk kebutuhan pabrik pengolahan dan pemurnian mangan.

Bupati Titu Eki mengancam akan mencabut semua izin usaha pertambangan mangan di wilayah Kabupaten Kupang jika pembangunan smellter tidak bisa dilanjutkan hanya karena PLN tidak meyediakan daya listrik yang murah untuk kepentingan industri.

Bupati Kupang mensinyalir PLN wilayah NTT masih menggunakan pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) sehingga menjual daya listrik yang mahal kepada konsumen rumah tangga dan industri.

“Jika PLN Kupang sudah menggunakan batubara (PLTU) seharusnya daya listrik yang dijual kepada konsumen rumah tangga dan industri, relatif murah seperti di Jawa dan Bali,” katanya.

Ia menambahkan tarif hotel berbintang di Kupang jauh lebih mahal dari tarif hotel berbintang di Jawa dan Bali, karena fasilitas listrik yang digunakan dari PLN bukan bersumber dari PLTU, tetapi PLTD yang masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Menurut dia, NTT akan tetap terus tertinggal dengan wilayah lainnya di Indonesia, jika tidak ada keseriusan dari pemerintah pusat untuk membangun sumber daya kelistrikan di daerah ini.

“Katanya pembangkit listrik di PLTU Bolok Kupang berdaya 2×35 MW, koq masih saja ada sistem pemadaman bergilir? Daya listrik yang disiapkan PLN untuk konsumen rumah tangga saja tidak cukup, apalagi untuk kepentingan industri,” katanya.

Menurut Bupati Titu Eki, banyak investor memiliki hasrat yang besar untuk menanamkan investasinya di wilayah Kabupaten Kupang, namun umumnya mengundurkan diri karena pasokan daya listrik untuk industri di daerah ini praktis sama sekali tidak ada.

Karena itu, kata dia, niat PT Yasindo Utama untuk membangun pembangkit listrik berdaya 100 MW di Kabupaten Kupang itu, karena PLN tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik bagi sektor industri.

“Listrik ini ibarat aliran darah dalam tubuh manusia. Jika aliran darahnya tidak lancar atau terhambat, otomatis akan mengganggu sistem organ yang lain dalam tubuh. Demikian pun halnya dengan listrik. Pembangunan industri tanpa didukung daya listrik yang memadai, tentu akan terhambat pula,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka