Jakarta, Aktual.com — Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menerapkan tiga strategi untuk memacu pembangunan infrastruktur di daerah tertinggal dan kawasan perbatasan.

Ketiga strategi tersebut yaitu pembangunan konektivitas dalam mendukung pengembangan wilayah, pemanfaatan sumber daya, dan peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman.

Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), Hermanto Dardak, mengatakan pembangunan konektivitas dilakukan untuk mendukung tiga Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang berada perbatasan darat di Kalimantan, NTT dan Papua.

“Pembangunan konektivitas berpotensi untuk mengembangkan ekonomi daerah dan mendukung pertahanan keamanan, serta pengembangan wilayah tersebut,” katanya, Jumat (13/5).

Kemudian strategi kedua mengenai pemanfaatan sumber daya, Kementerian PUPR membangun infrastruktur penampung air dalam rangka mendukung ketahanan air dan infrastruktur irigasi untuk menjaga kedaulatan pangan.

Sedangkan untuk peningkatan kualitas hidup di pusat pertumbuhan dan permukiman, Dardak menjanjikan Kementerian PUPR akan membangun infrastruktur permukiman dan pengembangan permukiman baru, serta perbaikan perumahan untuk Masyarakat Berpanghasilan Rendah (MBR).

Terkait konektivitas di jalan perbatasan Kalimantan, Dardak menjelaskan, saat ini jalan paralel perbatasan Kalimantan merupakan tulang punggung WPS Temajuk – Sebatik. Jalan tersebut memiliki panjang 2.100,8 kilometer dengan ruas ruas jalan yang sudah tersambung sepanjang 1.379,5 kilometer (66,5 persen) dan yang belum tersambung sepanjang 703,3 km (33,5 persen).

Sementara untuk jalan perbatasan NTT, saat ini sedang ditangani berupa jalan nasional dari Motaain menuju Haliwen hingga Motamasin, sedangkan ruas jalan dari Haekesak hingga Laktutus diusulkan ditangani pada 2016-2017.

Jalan Trans Papua yang merupakan tulang punggung dari WPS Jayapura-Merauke, saat ini membutuhkan konektivitas ruas jalan dari Jayapura-Ubrub-Towa Hitam-Oksibil-Tanah Merah-Muting-Erambu-Merauke dengan panjang total 1.105 kilometer. Jalan tersebut untuk membentuk konektivitas Kawasan Perbatasan Papua.

“Adapun sepanjang 300 kilometer terutama dari Ubrub ke Oksibil yang bukan merupakan bagian dari Trans Papua yang pada saat ini belum tembus, dikarenakan kondisi geografis pegunungan,” tutur Dardak.

Dardak menegaskan, untuk membangun pusat pertumbuhan, permukiman dan konektivitas, perlu upaya bersama dari instansi terkait. menurutnya, saat ini BPIW sedang melakukan koordinasi dengan satmikal lain dalam membuat permukiman baru di daerah Sorong menuju Manokwari.

“Saat ini, kami telah berkoordinasi dengan Freeport dalam membuka akses Ilaga-Grasberg-Timika untuk mempermudah alur logistik,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta