Denpasar, Aktual.com — Hujan deras pada Sabtu (23/1) sore membuat 4 desa di wilayah Kabupaten Buleleng bagian barat diterjang banjir bandang. Hujan yang berlangsung cukup lama tersebut mengakibatkan banjir bandang di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, Desa Musi, Desa Banyupoh dan Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak.
Banjir bandang juga menyebabkan kemacetan arus lalu lintas karena air juga menggenangi jalur Singaraja-Gilimanuk. Di Desa Lokapaksa, banjir menyebabkan salah satu jembatan penghubung antar banjar di desa tersebut jebol. Bahkan satu truk pengangkut sempat terjebak di jembatan yang jebol tersebut.
Pasca bencana alam tersebut, Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra terjun langsung ke lokasi bencana sejak pagi hari untuk meninjau situasi terkini di 4 desa tersebut.
Sutjidra memulai peninjauan di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt. Ia bersama rombongan meninjau langsung jembatan tersebut didampingi Kepala Desa Lokapaksa, I Wayan Ariadi. Pihaknya juga meminta kepada Dinas PU untuk segera memperbaiki jembatan tersebut.
Di Kecamatan Gerokgak, Sutjidra meninjau Desa Musi. Di desa tersebut, para warga sedang bergotong royong membersihkan wilayahnya. Menurut pengakuan warga, ada sejumlah rumah rusak diterjang banjir bandang. Bahkan, salah satu rumah warga rata dengan tanah.
Pada kesempatan itu juga Sutjidra memberikan bantuan sembako kepada para warga Desa Musi. Di kantor desa setempat, Sutjidra juga menyerahkan bantuan berupa alat-alat kebersihan. Sebanyak 15 Kepala Keluarga (KK) dari Desa Musi terpaksa mengungsi.
Selanjutnya di Desa Banyupoh, terpantau warga masih bergotong royong membersihkan lumpur yang dibawa oleh air di halaman rumah mereka. Banjir bandang kemarin menyebabkan banyak rumah warga terendam. Tak hanya rumah, sejumlah pelinggih di Pura Kahyangan Jagat Taman Belatung, Desa Banyupoh, juga hilang diterjang air bah.
Wilayah terparah yang diakibatkan oleh terjangan banjir bandang adalah Desa Penyabangan. Selain banjir bandang, wilayah ini juga terkena tanah longsor. Beberapa warga mengaku akan mengungsi karena telah kehilangan rumahnya.
Banjir bandang dan longsor tersebut membawa lumpur dan batu-batu besar. Sejumlah ternak dari kelompok simantri desa setempat juga dihanyutkan oleh banjir bandang. Sebanyak 45 KK harus mengungsi yang sampai berita ini ditulis, pihak BPBD Buleleng dan Desa masih mencari lokasi yang aman dari
Banjir. Sedikitnya 13 rumah di Kecamatan Gerokgak hilang setelah diterjang musibah banjir bandang.
Ditemui usai pemantauan, Sutjidra mengungkapkan hujan deras yang melanda Kabupaten Buleleng dari kemarin siang sampai malam mengakibatkan banjir dan longsor di beberapa titik. Longsor terjadi di empat titik dan banjir di tiga titik. Menurutnya, banjir yang terjadi seperti di Desa Musi disebabkan oleh batang-batang kayu besar yang datang dari atas lalu menyumbat aliran sungai.
“Melalui aparat-aparat kecamatan dan desa untuk mengimbau masyarakat yang ada di hulu agar tidak membuang sampah atau
bekas-bekas potongan pohon yang mereka tebang di daerah-daerah aliran sungai,” ungkap Sutjidra, Minggu (23/1).
Selain itu, Sutjidra juga akan berkoordinasi dengan Pemprov Bali dan Kementerian Pekerjaan Umum untuk membantu masalah pembersihan.
“Masalahnya, ini kan ada jalan nasional dan sungai yang jadi kewenangan di kementerian. Kami pasti koordinasikan ke Balai Wilayah Sungai dan Balai Pengelola Jalan Nasional (BPJN), biar ini juga cepat tertangani,” imbuhnya.
Hingga Minggu (24/1) sore Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng belum merilis secara resmi data korban bencana alam dan rekapitulasi kejadian bencana alam akibat hujan lebat diikuti angin puting beliung dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Buleleng.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan