Jakarta, Aktual.co — Lembaga swadaya masyarakat Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia menyesalkan luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang kini diperkirakan hanya sekitar 10 persen yang mengakibatkan tingginya potensi terjadinya banjir di ibukota.
“Saat ini luasan RTH di Jakarta hanya sekitar 10 persen saja. Sehingga daya serap dan daya tampung air dari ekosistem di perkotaan seringkali tidak memadai,” kata Direktur Program Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia, Teguh Triono, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (13/2).
Ia mengingatkan bahwa UU No 26/2007 menyebutkan bahwa RTH harus 30 persen dari total luas daerah.
Selain itu, ujar dia, kondisi ini diperparah dengan aktifitas pembangunan tanpa perencanaan yang terpadu.
“RTH di sepanjang bantaran sungai, tempat pepohonan dan tanah terbuka dulunya ada dan berfungsi sebagai penyerap, penampung dan penahan laju air, sudah berubah menjadi bangunan,” katanya.
Dengan demikian, perubahan itu dinilai mengganggu fungsi regulasi air dari ekosistem sehingga juga mengakibatkan terjadinya banjir yang kembali melanda Jakarta pada 9 Februari 2015 lalu.
Dalam peristiwa tersebut, setidaknya terdapat 53 titik banjir yang mengepung ibukota dan sebagian besar berada di pusat-pusat perekonomian.
“Bencana semacam ini akan sangat berpengaruh pada roda perekonomian. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka daya dukung kota akan semakin berkurang,” kata Teguh.
Sebagaimana diberitakan, banjir dan banyaknya genangan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya adalah karena kapasitas drainase yang terdapat di kawasan ibukota tidak memadai dalam menampung curah hujan yang berintensitas tinggi.
“Fakta-faktanya adalah hujan yang jatuh Minggu (8/2) malam sampai Senin (9/2) sore adalah curah hujan yang sangat tinggi,” kata Plt Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (13/2).
Menurut dia, tingkat curah hujan yang paling tinggi tercatat di kawasan Jakarta Utara seperti di Tanjung Priok yang konsentrasi curah hujan hingga di atas 360 mm.
Sedangkan di tempat lain tercatat seperti di Setiabudi sebesar 220 mm dan di Krukuthulu sebesar 190 mm. Sementara hujan yang jatuh di sekitar Katulampa hanya 77 mm dan di Bogor 60 mm.
Mudjiadi mengungkapkan, kapasitas drainase Jakarta diperkirakan hanya bisa menanggulangi hujan 80-100 mm.
“Meski dalam keadaan bagus, drainase tidak akan mampu menampung itu, pasti akan ada genangan,” katanya.
Ia juga menyorot masih banyaknya daerah resapan yang sekarang telah menjadi pembangunan gedung seperti kawasan perkantoran dan mal atau pusat perbelanjaan.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid

















