Jakarta, Aktual.co —Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kemarin sempat mengklaim banjir di Jakarta kali ini cepat surut. Kenyataannya, masih banyak kawasan terutama di Jakarta Utara dan Jakarta Barat yang terendam sejak Senin (9/2). Kenapa banjir tidak cepat surut? 
Menurut pengamat pengamat perkotaan Nirwono Joga, lambannya banjir surut diakibatkan oleh bantaran sungai yang sudah tergerus pemukiman. Normalisasi sungai harus diperlebar, dikeruk lebih dalam, dan harus terbebas dari sampah.
“Yang tidak kalah penting adalah merelokasi warga di bantaran sungai ke rumah susun sewa (rusunawa),” ujar dia saat dihubungi wartawan, di Jakarta, Rabu (11/2).
Karena bantaran sungai akan menjadi jalur hijau, dia pun menyarankan tidak dilakukan pembetonan. Tapi tanggul dibuat menggunakan penutup tanah dan pepohonan. Sehingga bantaran sungai menjadi jalur hijau.
Menurutnya, Pemprov DKI juga berhak melakukan audit jumlah bangunan di bantaran sungai setiap bulannya. Agar hasil audit segera bisa ditindaklanjuti. Selama ini, ujar dia, Pemprov DKI belum pernah melakukan audit. Padahal, beberapa elemen masyarakat telah meminta  audit dilakukan sejak tiga tahun yang lalu.
“Yang paling penting adalah tindak lanjut dari audit ini, kalau tidak ada tindak lanjut ya percuma. Saya sendiri melihat, Pemprov DKI selama tiga tahun terakhir belum melakukan audit bangunan dan lingkungan itu,” ujar dia.
Gubernur DKI Ahok juga harus melakukan moratorium (penghentian sementara) pembangunan di Jakarta. Agar daerah-daerah bisa optimal miliki resapan air.
“Kemudian instruksikan lurah dan camat untuk memeriksa seluruh drainase di setiap wilayahnya. karena di Jakarta ini hanya 33 persen saluran yang berfungsi dengan baik. Sisanya tidak berfungsi dengan baik karena penuh dengan sampah, limbah, dan jaringan utilitas bawah tanah yang tumpang tindih. dan juga ada saluran air tidak terhubung dengan baik,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh: