Jakarta, Aktual.com — Pendatang terus mengalir melalui ladang dari Serbia menuju Uni Eropa, Jumat (18/9), tak terhalang oleh penutupan hampir semua jalan perbatasan oleh Kroasia, setelah lebih dari 11 ribu pengungsi masuk negara itu.
Polisi Kroasia, yang tidak sanggup menghentikan arus masuk pendatang, mengepung mereka di stasiun kereta Tovarnik di perbatasan sisi Kroasia, tempat ribuan pendatang bermalam dengan beratapkan langit.
Beberapa di antaranya terus berjalan dan berhasil mencapai Slovenia dalam semalam.
Pendatang selama dua hari belakangan mengalir ke Kroasia, sesudah jalan mereka menuju Eropa barat melalui Hongaria ditutup dengan pagar besi, terancam penjara dan polisi anti huru-hara menembakkan gas airmata serta meriam air pada Rabu untuk mengusir mereka, yang melemparkan batu.
Ratusan orang berhasil mengelak dari polisi Kroasia, berjalan melintasi ladang, dan mencapai perbatasan dengan Slovenia menggunakan kereta api pada Kamis, bagian dari perjalanan melelahkan ke barat yang memecah belah Eropa.
Hanya pintu lintasan Bajakovo di jalan raya antara Belgrade dan Zagreb, sepertinya yang terbuka untuk lalu lintas pada Jumat, sementara Slovenia menghentikan semua lalu lintas kereta api di jalur utama dari Kroasia.
Sekitar 150 imigran terjebak sepanjang malam di stasiun kereta api Dobova di perbatasan sisi Slovenia. Polisi awalnya mengatakan mereka akan dikirim balik, namun kemudian kereta melaju ke kota Postojna, sekitar 50 km baratdaya ibukota Ljubljana tempat keberadaan pusat pengungsi.
Slovenia, tidak seperti Kroasia, merupakan anggota kawasan perbatasan terbuka Eropa, Schengen, mengatakan mereka telah mengusir balik hampir 100 imigran yang mencoba melintas dari Kroasia dengan menyamar pada malam hari.
Dua negara bekas republik Yugoslavia itu tiba-tiba menjadi jalur migrasi ke barat untuk menghindari perang dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan Asia. Besarnya skala imigrasi itu menimbulkan perselisihan dan saling tuduh di antara negara-negara Uni Eropa.
Pada Rabu, UE menyerukan pertemuan puncak darurat pekan depan, untuk mengatasi kekacauan dalam blok beranggotakan 28 negara itu.
Menteri Dalam Negeri Kroasia Ranko Ostojic pada Kamis memperingatkan bahwa Kroasia akan menutup perbatasannya dengan Serbia jika arus imigran tidak berkurang, dan mengatakan bahwa kapasitas negara itu sudah penuh.
Presiden Kroasia memerintahkan kepada militer untuk siap bergabung dalam upaya menghentikan ribuan orang melintasi Balkan Barat, dalam upaya mendapat suaka di blok makmur itu.
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengatakan, Jumat, Hungaria mulai bekerja untuk memperluas pagar di sepanjang perbatasan selatan dengan Serbia hingga Kroasia, setelah polisi mengatakan ratusan imigran masuk dari Kroasia.
Orban mengatakan 600 tentara disiagakan di sepanjang 41 km perbatasan, 500 tentara lagi akan dikerahkan pada Jumat, serta 700 lagi pada akhir pekan.
Peringatan Serbia Pada Kamis malam, polisi Kroasia mengumumkan bahwa mereka menutup semua lalu lintas di tujuh lintasan perbatasan. “Langkah ini berlaku hingga pemberitahuan selanjutnya,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Jalan raya utama Serbia di utara menuju Hungaria sudah ditutup oleh polisi anti huru-hara Hungaria di perbatasan.
Sebagian besar perbatasan Kroasia-Serbia menyusuri sungai Danube sehingga sulit untuk melintas dari luar pintu perbatasan resmi. Namun di Tovarnik, imigran hanya berjalan melalui ladang.
“Kami sangat lelah,” kata Hikmat, perempuan 32 tahun dari Damaskus yang bertelanjang kaki, dan mengatakan ia sudah dua bulan melakukan perjalanan ini bersama anak lelakinya. “Lihatlah saya. Saya hanya ingin sampai ke tempat manapun dimana saya bisa selamat,” katanya.
“Kami melihat mereka, tapi kami pura-pura tidak melihat,” kata seorang polisi Serbia.
Serbia memperingatkan negara-negara tetangganya untuk tidak menutup jalan utama diantara mereka.
“Kami ingin memperingatkan Kroasia dan semua negara lain bahwa tindakan menutup jalan internasional tidak bisa diterima, dan bahwa kami akan melindungi ekonomi kami dan kepentingan lain di depan mahkamah internasional,” kata Aleksandar Vulin, menteri Serbia yang bertanggung jawab atas urusan migrasi, kepada kantor berita Tanjug.
Otoritas di Kroasia mengangkut beberapa imigran ke pusat penampungan dekat Zagreb, namun banyak diantaranya melarikan diri atau menyelinap dari penjagaan polisi yang kewalahan, menuju perbatasan Slovenia, hanya 30 km dari ibukota Kroasia.
Slovenia mengatakan polisi telah meningkatkan pemantauan di perbatasan dengan helikopter dan patroli darat. Pemerintah mengatakan akan menegakkan aturan UE bahwa pencari suaka harus tetap berada di negara tempat mereka pertama kali tiba di kawasan itu, dan imigran gelap akan dideportasi.
Di Tovarnik, Kamis, terjadi baku hantam dengan polisi Kroasia yang mencoba membawa perempuan dan anak-anak masuk bus menuju pusat penampungan dekat Zagreb. Para perempuan menjerit dan anak-anak menangis.
Banyak pengungsi menolak dikirim ke pusat penampungan, karena khawatir mereka tidak akan diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Eropa barat dan utara.
Riad, seorang warga Irak dari Baghdad mengatakan ia terpisah dari istri dan anaknya. “Hanya perempuan dan anak-anak yang diperbolehkan masuk bus. Istri dan anak saya pergi dan mereka (polisi) tidak mengizinkan saya ikut mereka. Telepon saya tidak berfungsi,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan