Jakarta, Aktual.co — Bank DBS menyebut perekonomian dunia kini sedang berpindah dari kawasan Amerika dan Eropa ke Asia. Kemajuan Asia ini memupus anggapan bahwa AS masih menjadi kekuatan terbesar ekonomi dunia yang menggerakkan pertumbuhan global.

Ekonom Bank DBS, Gundy Cahyadi mengatakan, Indonesia sebagai bagian dari Asia akan turut memetik keuntungan dari bangkitnya ekonomi Asia. Stabilitas politik menjadi salah satu prasyarat utama bagi keberlanjutan program-program ekonomi. Dalam satu bulan terakhir, pelemahan nilai tukar rupiah dan penurunan IHSG termasuk yang terburuk di Asia.

“Sampai dengan 8 Oktober, IHSG menurun 4,6 persen, lebih besar dibandingkan rata-rata penurunan saham di Asia sebesar 3 persen,” kata Gundy di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Kamis (16/10).

Selain itu, sambungnya, nilai tukar rupiah bernasib sama, dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya, penurunan kurs Rupiah juga terburuk kedua setelah Won (Korea Selatan).

“Dalam satu bulan terakhir, Rupiah telah merosot hingga 4 persen. Padahal, nilai tukar mata uang Asia lainnya rata-rata hanya menurun 2 persen. Adanya kekhawatiran dari pasar atas efektivitas dan kelancaran program pemerintahan baru, turut menjadi salah satu faktor penyebab turunnya kurs rupiah dan IHSG,” ujarnya.

Ia menambahkan, selain persoalan domestik tadi, pasar saham dan pasar valas Indonesia juga sebenarnya dipengaruhi oleh situasi ekonomi global. Prospek perlambatan pertumbuhan dunia membuat investor lebih memilih bersikap berhati-hati. Apalagi dolar AS menguat ditengah antisipasi Zona Eropa dan Jepang yang akan melonggarkan kebijakan moneternya.

“Jadi situasi global ikut mempengaruhi pelemahan nilai mata uang dan saham di sebagian besar negara Asia, termasuk Indonesia. Malah mungkin ini merupakan faktor yang paling signifikan,” ungkapnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka