Jakarta, Aktual.com — Bank Dunia mendesak Tiongkok untuk mempercepat reformasi sektor keuangannya yang didominasi negara, memperingatkan bahwa kegagalan untuk mengatasi masalah ini bisa mengakhiri “tiga dekade kinerja bintang” bagi perekonomian terbesar kedua dunia itu.

Partai Komunis yang berkuasa telah menjanjikan berbagai reformasi ekonomi dan lembaga yang berbasis di Washington itu mengatakan pengurangan “peran negara yang unik dan terdistorsi” di sektor perbankan dan keuangan yang lebih luas sangat penting.

“Investasi boros, kelebihan utang, dan regulasi lemah sistem shadow-banking, harus diatasi agar agenda yang lebih luas berhasil,” katanya.

Komentar dalam “China Economic Update” luar biasa terus terang untuk Bank Dunia.

“Tidak seperti negara-negara lain, di Tiongkok negara masih mempertahankan kepemilikan meluas dan kontrol pada bank-bank dan lembaga keuangan lainnya,” katanya, termasuk dengan komite internal Partai Komunis yang kuat dan pemerintah mengangkat serta memberhentikan eksekutif puncak.

“Negara memiliki kepemilikan formal 65 persen dari aset bank komersial dan kontrol de facto dari 95 persen dari aset tersebut, menjadikannya jauh dari standar internasional.” Dalam beberapa kasus, tambahnya, pemerintah secara bersamaan adalah pemilik, regulator dan nasabah bank.

Sistem keuangan Tiongkok masih “tidak seimbang, ditekan, mahal untuk dipertahankan, dan berpotensi tidak stabil,” bank mengatakan, mengulangi deskripsi dari laporan 2012.

“Urgensi untuk reformasi mendasar telah lebih diintensifkan karena kelebihan kapasitas dan utang dalam banyak segmen ekonomi menumpuk, di tengah meningkatnya bukti kesulitan keuangan,” katanya.

“Kegagalan untuk mengatasi hasil ini bisa membelokkan lintasan ekonomi setelah tiga dekade berkinerja bintang.” Dalam dokumen itu, Bank Dunia mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk Tiongkok tahun ini sebesar 7,1 persen.

“Kemajuan dalam menyeimbangkan sumber pertumbuhan dalam permintaan domestik akan tetap secara bertahap,” katanya.

Para pemimpin Tiongkok mencoba untuk merancang sebuah transformasi model pertumbuhan negara itu, dimana permintaan konsumen menjadi penggerak utama daripada investasi.

“Sistem keuangan Tiongkok dikembangkan untuk melayani model pertumbuhan yang didorong investasi tua, yang efektif selama fase awal tapi kurang begitu efektif saat ini,” Bank Dunia mengatakan.

“Jadi, reformasi harus mengaktifkan sistem keuangan untuk mengalokasikan … kredit kepada sektor-sektor yang dapat mempertahankan pertumbuhan wajar dalam jangka menengah.” Tiongkok sendiri telah menetapkan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 7,0 persen untuk tahun ini, meskipun data yang lemah pada paruh pertama tahun ini telah menyebabkan banyak ekonom swasta memperkirakan bahwa pertumbuhan tahun ini bisa datang di bawah angka itu.

Bank Dunia juga mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB untuk tahun depan di Tiongkok pada 7,0 persen dan 6,9 persen pada 2017.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka