Jakarta, Aktual.com – Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh hingga 5,3 persen pada 2017 dan 5,5 persen pada 2018, seiring dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik untuk jangka waktu tiga tahun ke depan.

“Di Indonesia, pertumbuhan akan naik secara stabil dari 4,8 persen pada 2015 menjadi 5,5 persen pada 2018,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik, Sudhir Shetty, dalam teleconference dengan wartawan di Jakarta, Rabu (5/10).

Prediksi pertumbuhan tersebut, kata dia, sangat bergantung pada ada atau tidaknya kenaikan investasi publik, suksesnya perbaikan iklim investasi, serta kenaikan penerimaan.

Indonesia, sebagai negara dengan pasar yang besar seperti halnya Thailand, Malaysia, dan Filipina, memiliki pertumbuhan kredit sektor swasta yang sangat tinggi.

“Karena itu, Indonesia perlu memperkuat regulasi makroprudensial dan manajemen risiko mikroprudensial,” ujar Shetty.

Fokus area untuk reformasi makro dan mikroprudensial harus mencakup antara lain kalkulasi berbasis risiko, penilaian ketat atas kemampuan penerima pinjaman, pengawasan praktik ‘underwriting’ dan kecukupan modal, persyaratan cadangan tinggi, rasio likuiditas yang lebih tinggi, serta rasio antara nilai kredit terhadap nilai agunan (LTV).

Sementara itu, Ekonom Bank Dunia Masyita Crystallin menyebut bahwa selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan kredit cenderung melambat dan tidak menempatkan Indonesia dalam situasi mengkhawatirkan.

“Faktanya, kami mendukung pertumbuhan kredit lebih tinggi untuk mendorong lebih banyak investasi di masa mendatang,” kata dia.

Sedangkan utang luar negeri Indonesia selama tiga tahun belakangan juga dinilai berkurang. Total utang luar negeri Indonesia sebanyak 60 persen dimiliki asing dan 40 persen sisanya dimiliki WNI.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka