Jakarta, Aktual.com — Bank Dunia bersama-sama dengan Dewan Umum untuk Institusi Perbankan dan Finansial Islam (CIBAFI) pada 9 Juli 2015 telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait dengan pemahaman guna mengembangkan kerja sama dalam bidang finansial syariah Islam.
“Penandatanganan ini menitikberatkan komitmen Bank Dunia untuk pembangunan industri layanan finansial Islam,” kata Kepala Finansial Islam, Praktik Global Pasar dan Finansial Bank Dunia Abayomi Alawode dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (14/7).
Menurut Abayomi Alawode, seiring perkembangan industri tersebut, hal itu dinilai juga tidak terhindarkan bakal berdampak kepada perkembangan finansial global guna mendukung aktivitas ekonomi sektor riil dan berkontribusi guna mengatasi tantangan dalam mengakhiri kemiskinan ekstrim dan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Untuk itu, ujar dia, pihaknya juga menanti untuk bekerja sama secara erat dengan CIBAFI guna memperkuat landasan kelembagaan finansial Islam, meningkatkan kerangka tata aturan dan pengawasan, serta saling membagi praktik dan pelajaran dari pengalaman dalam industri tersebut.
Sementara itu, Sekjen CIBAFI Abdelilah Belatik mengatakan, pihaknya merasa senang dapat menandatangani MoU dengan Bank Dunia, serta mengemukakan bahwa kemitraan ini akan memperkuat peran CIBAFI dalam menyuarakan industri layanan finansial Islam dengan lembaga lainnya.
CIBAFI itu sendiri merupakan organisasi internasional yang didirikan pada 2001 dan bermarkas besar di Bahrain. CIBAFI berafiliasi dengan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dan saat ini memiliki 120 anggota dari lebih dari 30 yurisdiksi, yang mewakili antara lain para pelaku usaha di pasar, lembaga internasional antarpemerintahan, firma profesional, dan asosiasi industri.
CIBAFI juga dikenal mewakili industri layanan finansial syariah Islam secara global, dan mempromosikan peran finansial Islam, serta berkonsolidasi antara anggotanya dan dengan lembaga lainnya yang memiliki minat dan tujuan yang serupa.
Di Indonesia, Presiden Joko Widodo mengharapkan agar Indonesia dapat menjadi pusat keuangan syariah mengingat potensi yang dimiliki hingga saat ini sangat besar. “Saya menyambut baik pencanangan kampanye dan kita perlu berikan perhatian pada sektor jasa keuangan syariah, tumbuh pesat tapi belum optimal dari potensi yang ada,” kata Presiden saat membuka program Aku Cinta Keuangan Syariah yang digagas oleh Otoritas Jasa Keuangan di Senayan, Jakarta, Minggu (14/6).
Presiden mengatakan dengan potensi yang besar dan dikembangkan dengan baik maka bisa menjadi pusat perkembangan keuangan syariah.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mengkaji transaksi marjin yang sesuai dengan prinsip syariah sebagai salah satu upaya dalam mendorong investor aktif di pasar modal.
Direktur Pengembangan BEI Hosea Nicky Hogan di Jakarta, Rabu (8/7) mengatakan bahwa BEI melakukan diskusi terkait aturan itu dengan beberapa pemangku kepentingan salah satunya Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurut dia, selama ini transaksi marjin di pasar modal Indonesia belum sesuai dengan prinsip syariah. Diharapkan dengan adanya inisiatif itu dapat mendorong investor aktif yang pada akhirnya meningkatkan likuiditas di pasar modal.
Artikel ini ditulis oleh: