Seorang teller menunjukan mata uang dollar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Jumat (2/3/18). Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai pengenaan tarif impor baja sebesar 10% dan tarif impor alumunium sebesar 25%, sempat membuat dollar AS melemah terhadap rupiah. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia menyebutkan rupiah bisa tertekan lebih dalam pada perdagangan Kamis ini jika suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate” tidak dinaikkan 0,25 persen menjadi 5,5 persen, Rabu (15/8).

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Gedung DPR/MPR/DPD mengatakan kenaikan suku bunga acuan, yang sudah terakumulasi tahun ini sebesar 125 basis poin itu untuk memberikan sinyal ke pasar bahwa Bank Sentral tetap ingin menjaga daya tarik aset-aset berdenominasi rupiah, dan tetap menjaga prioritas stabilitas perekonomian.

“Kenaikan itu sudah membantu untuk menahan lebih dalam untuk rupiah. Kalau kemarin tidak ada kenaikan, mungkin ceritanya akan lain,” tambahnya.

Dody mengklaim tekanan ekonomi eksternal masih mejadi biang keladi mengapa nilai tukar rupiah masih melemah hari ini. Otoritas moneter, kata Dody, akan tetap menstabilisasi nilai tukar di pasar agar rupiah tidak lebih jauh melemah dari fundamentalnya.

“Ini (rupiah) saat ini sudah di luar fundamentalnya,” katanya.

Dia menjelaskan, stabilisasi yang dilakukan BI melalui intervensi adalah ketika nilai tukar rupiah di pasar sudah terlalu jauh dari fundamentalnya. Intervensi BI bisa melalui pasar valuta asing maupun obligasi.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid