“Laju inflasi kelompok volatile food pada bulan Juli tercatat 1,18 persen atau naik dibandingkan bulan Juni 2018 sebesar 0,44 persen,” katanya.

Secara spesifik ia menyebut tekanan inflasi kelompok ini terutama berasal dari kenaikan harga komoditas daging ayam ras yang mengalami inflasi 0,10 persen, beras 0,08 persen, jengkol 0,07 persen, dan telur ayam ras 0,08 persen.

Menurutnya kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras terjadi akibat kenaikan harga pakan impor yang dipicu oleh pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga jagung di pasar internasional.

Selain itu, ia menilai implementasi kebijakan pelarangan penggunaan obat antibiotics growth promotors berdampak pada penurunan produktivitas ayam penghasil daging dan telur, mengakibatkan turunnya pasokan daging dan telur ayam ras.

Sedangkan tingginya harga jengkol disebabkan oleh kurangnya pasokan mengingat sebagian aktivitas petani/pengambil jengkol belum kembali normal setelah Lebaran, kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid