Jakarta, Aktual.com — Menteri BUMN Rini Soemarno yang selalu berdalih proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dianggap menguntungkan justru perlu dikoreksi. Menurut pelaku perbankan, belum tentu proyek tersebut menguntungkan, karena risikonya juga tidak sedikit.

“Justru belum ada kan kajian feasibility-nya, sehingga belum bisa dipastikan untung tidaknya. Kami sebagai bankir masih menunggu kajian pihak yang berkompeten soal feasibility-nya,” tandas Direktur Keuangan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR), Nia Kania di Jakarta, Senin (29/2).

Karena kajian terkait potensi keuntungan itu belum jelas, pihaknya kalau pun dilibatkan belum akan ikut. “Belum ketahuan feasible atau tidaknya proyek ini (proyek kereta cepat),” imbuh dia.

Sebagai bank BPD di Jawa Barat dan Banten, tentu pihaknya akan tertarik untuk membiayai proyek infrastruktur di daerah tersebut.

“Saat ini kami sedang fokus untuk membiayai proyek bandara internasional di Majalengka dan membangun beberapa proyek jalan tol,” tandas Nia.

Proyek kercep memang diusung oleh PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) dibiayai oleh China Development Bank (CDB). Proyek ini digarap oleh konsorsium BUMN dan perusahaan China.

Dalam beberapa kesempatan, Menteri Rini selalu berdalih ada keuntungan besar dari proyek ini. Apalagi pinjaman dari CDB ini mencapai US$5,6 miliar.

“Pasti menguntungkan. Coba bayangkan pinjaman yang diberikan CDB sebesar USD5,6 miliar mana mungkin bank memberikan pinjaman sebanyak itu kalau mereka tidak untung,” jelas Rini belum lama ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan