Jakarta, Aktual.com — Konstelasi politik jelang pemilihan presiden (pilpres) 2024 kian memanas. Saling sindir pun tak bisa dihindarkan antara masing-masing kubu tim pemenangan.
Salah satu yang masih menjadi perhatian publik adalah sindiran politisi Adian Napitupulu yang diduga ditunjukkan kepada Presiden Joko Widodo. Di mana sebelumnya Adian menyebutkan bahwa partainya memberikan banyak hal kepada mantan Wali Kota Solo tersebut.
“Ada yang minta jadi gubernur, dikasih… ada yang minta anaknya jadi Wali Kota, dikasih, menantunya jadi wali kota, dikasih,” kata Adian, dalam wawancara di salah satu media, Jumat (3/11).
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Lingkar Pemuda Indonesia (LPI), Muda Saleh menilai bahwa sindiran Adian tidak berdasar, dan bisa menimbulkan kegaduhan hingga bisa berdampak buruk.
“Kita tau apa dan kepada siapa ditujukan Adian. Namun perlu diketahui bahwa efek Jokowi mempengaruhi elektabilitas partainya, toh buktinya Gibran terpilih, begitu pula Bobby Nasution terpilih,” ucap Muda kepada awak media di Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Menurutnya, apa yang dikatakan Adian memperlihatkan betapa rendahnya kualitas berpikir Adian yang mempertontonkan sikap kecewa di depan publik.
“Ini bisa ngelantur, tidak menempatkan redaksional yang tepat pada tempat yang seharusnya disampaikan. Jelas ada indikasi menjatuhkan nama baik Presiden Jokowi, yang seolah-olah kesuksesan yang dimiliki baik Jokowi, maupun putranya sulungnya serta Bobby dari partainya,” papar Muda.
“Partainya Adian itu justru harus berterima kasih pada Jokowi, toh rakyat memilih mereka (Gibran dan Bobby), dan banyak pihak menyebut karena Jokowi efek,” ungkapnya.
Sebelumnya itu imbuh Muda, sindiran terhadap Jokowi menggambarkan mantan aktivis 98 itu memahami dampak kuat partainya usai ditinggal Jokowi. “Kita kalau kritik orang lain itu sebut namanya, jangan banci, ragu.. katanya dekat dengan Jokowi. Kalau dekat datangi, tanya langsung, jangan mirip anak-anak merengek-rengek di media,” sambung Muda.
“Ini PeDe tinggi tapi IP rendah, mirip mahasiswa yang sok pintar hanya modal PeDe aja, baiknya Adian jaga lisan, agar lebih dewasa dalam berpikir, dan sepertinya dia tau kalau pihaknya akan kalah dalam pemilu 2024 nanti,” tutup Muda yang juga mantan aktivis mahasiswa ini.
Sementara itu Sekretaris Umum TIM 8 Relawan Jokowi Bergerak Bersama Prabowo (TIM 8-RJBBP), Akhrom Saleh menguatkan yang disampaikan Direktur LPI, Muda Saleh, bahwa hanya pemilu tahun 1999, PDI Perjuangan suaranya tertinggi, sebanyak 35,62 juta suara, dan tahun 2004, 2009 PDI Perjuangan mengalami kemerosotan suara yang signifikan. Berbeda saat Jokowi diusung PDI Perjuangan sebagai calon presiden.
“PDI Perjuangan cuma di Pemilu tahun 1999 suaranya tertinggi sebanyak 35,62 juta suara, sedangkan pemilu tahun 2004 suara PDIP turun sebesar 21,03 juta. Dan tahun 2009 turun lagi suaranya jadi 14,58 juta suara. Beda saat Jokowi sebagai calon presiden yang diusung PDI Perjuangan tahun 2014, suara nasional PDI Perjuangan menjadi 23,67 juta suara. Bahkan di tahun 2019 naik lagi menjadi 27,05 juta suara. Ini artinya kalau kita simpulkan, adanya efek Jokowi,” singkat Akhrom.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin