Dalam bentrokan tersebut, rumah-rumah dibakar dan sejumlah bangunan hancur, kata Maachok, ia menambahkan bahwa militer Sudan Selatan, SPLA, telah mengerahkan pasukan dari ibu kota negara bagian, Rumbek, untuk mencoba menghentikan kekerasan itu.

Misi PBB di Sudan Selatan, UNMISS, memperkirakan bahwa jumlah korban tewas lebih dari 50 orang dan pihaknya mengatakan bahwa mereka telah mengirim sebuah patroli militer ke daerah tersebut untuk mengetahui tingkat kerusakan dan menilai dampaknya bagi warga sipil.

“Kami berharap dapat mempertemukan para pemimpin kelompok yang terlibat dalam pertarungan guna memperingatkan agar kedua pihak menahan diri dari dendam dan keinginan melakukan serangan balasan. Kami juga akan meningkatkan patroli untuk mencegah kekerasan kembali terjadi,” kata UNMISS.

Sudan Selatan terjerumus dalam perang pada 2013 setelah sebuah perselisihan politik antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakil Presiden Riek Machar meningkat menjadi sebuah pertempuran militer.

Pertempuran tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, menghilangkan seperempat dari jumlah keseluruhan penduduk negara itu, yang berkisar 12 juta orang.