Warga korban gempa bumi mendapatkan bantuan dari Orang Tua Group Peduli di wilayah Lombok Utara. OT menyalurkan bantuan kepada masyarakat korban gempa dalam bentuk biskuit, sembako, obat-obatan, perlengkapan bayi, air kemasan, pasta dan sikat gigi. Aksi sosial ini juga merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka ulang tahun OT ke-70 tahun. AKTUAL/Pool

Mataram, Aktual.com – Sejumlah pengungsi gempa bumi di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, terpaksa mencari sendiri logistik seperti bahan pokok setelah sejak gempa tektonik 6,9 skala richter (SR) pada Minggu (19/8) lalu, belum juga mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Dilansir dari Antara, warga Dusun Pandan, Sambalia, Lombok Timur, yang bernama Munawir Haris mengkonfirmasi hal ini.

“Kami terpaksa mengurus sendiri, meminta bantuan dari medsos saja,” kata pria yang juga Ketua Yayasan Anak Pantai yang bergerak di bidang pendidikan pada Kamis (23/8).

Korban terdampak gempa tektonik itu memanfaatkan jejaringnya atau rekan-rekannya melalui media sosial, untuk mempertahankan hidup. Walhasil bantuan pun datang terutama dari luar Lombok.

Hasilnya, kata dia, dirinya mendapatkan bantuan melalui rekan-rekannya yang kemudian disalurkan kepada pengungsi korban gempa yang terus terjadi di daerah tersebut.

“Sulit sekali berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah. Seolah-olah pemerintah membiarkan rakyatnya mengurus sendiri,” tandasnya.

Sebenarnya kebutuhan yang paling ditunggu adalah, terpal, selimut, dan air serta popok bayi.

“Terpal dan selimut penting, karena banyak pengungsi dari kalangan anak-anak. Sekarang saja sudah banyak yang terserang penyakit batuk-batuk dan flu,” katanya.

Demikian pula dikatakan oleh Rizal Januadi, warga Dusun Sugian, Sambalia, Lombok Timur, yang belum juga mendapatkan bantuan padahal dusunnya sekitar lima kilometer dari pusat gempa di Pulau Gili Sulat.

“Kalau menunggu pemerintah tidak mungkin, kita harus bertahan. Ya cari sendiri,” tandasnya.

Rudi, warga Desa Belanting, yang mengaku dirinya berinisiatif mengumpulkan logistik atau bantuan dari rekan-rekannya yang berkuliah di Yogyakarta, Makassar dan Surabaya.

“Saya meminta rekan-rekan kuliah untuk turut membantu. Sebenarnya meminta bantuan sudah dilakukan sejak awal gempa 7 SR yang berpusat di Lombok Utara dan disumbangkan ke Tanjung, Lombok Utara. Tiba-tiba saja sekarang kami jadi korban juga,” katanya.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan