Jakarta, Aktual.com – Pakar pertanian asal Universitas Lampung, Bustanul Arifin menyayangkan perilaku perbankan saat ini yang tak memiliki keberpihakan terhadap sektor pertanian.

Saat ini, ketika banyak orang, terutama kalangan petani membutuhkan banyak dana untuk membiayai usahanya, perbankan malah mengucurkan kredit yang tak dipakai. Sehingga menambah jumlah kredit-kredit menganggur atau ‘undisbursed loan’ yang kian banyak.

“Hingga saat ini sebanyak Rp1.200 triliun masuk kategori undisbursed loan. Ini sangat disayangkan,” cetus Bustanul, di Jakarta, Jumat (21/10).

Menurut guru besar Unila ini, angka Rp1.200 triliun kategori kredit yang tak bisa disalurkan itu tak bisa dianggap enteng oleh pihak perbankan nasional, termasuk juga oleh otoritas Bank Indonesia.

“Padahal di (masyarakat) bawah, seperti kalangan petani, nelayan, atau lainnya membutuhkan kredit yang mudah dari perbankan. Tapi data yang menunjukkan undisbursed loan terus meningkat,” jelas dia.

Apalagi memang, masalah-masalah non teknis selama ini masih terus mengganggu pola pikir kalangan bankir atau justru dari petani sendiri. Sehingga, dua-dua terkesan tak mau saling mengenal.

Salah persepsi itu bisa dilihat di satu sisi pihak perbankan selalu menganggap sektor pertanian tak maju dan kumuh. Pada sisi lain, kalangan petani enggan ke perbankan karena dianggap birokratis dan berbelit-belit.

“Sehingga jika ada ide untuk membentuk bank pertanian, persepsi tersebut harus diselesaikan dulu. Juga bank pertanian itu tak akan ada jika UU perbankan sendiri tak direvisi,” papar dia.

Padahal potensi pembiayaan masih sangat tinggi. Makanya, di saat harga komoditas tambang sedang anjlok dewasa ini, banyak daerah mulai kembali untuk mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan. Karena ini juga bagian dari diversifikasi ekonomi.

“Bayangkan dulu di Kalimantan Timur dan Aceh selalu mengandalkan SDA, saat ini malah negatif. Sekarang mereka mulai menata ke agroindustri. Jadi mereka mulai lakukan diverisifikasi ekonomi di sektor pertanian,” pungkas Bustanul.

 

*Bustomi

Artikel ini ditulis oleh: