Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini memberikan kata sambutan dalam Seminar "Berguru kepada Kepahlawanan Kasman Singodimedjo" di Aula Rumah Jabatan Anggota (RJA), Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (16/6). Kasman Singodimedjo memiliki catatan perjuangan kemerdekaan baik secara militer maupun secara politik. Terlebih, Kasman adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam perkembangan kesejarahan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tidak salah bila Kasman Singodimedjo mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. AKTUAL/HO

Jakarta, Aktual.com-Ketua Fraksi PKS di DPR, Jazuli Juwaini menilai Indonesia harus berani mengoreksi praktek demokrasi dan Pemilu liberal untuk mewujudkan demokrasi yang semakin bermakna dan berkarakter. Pasalnya, demokrasi dan pemilu yang berjalan di Indonesia terlalu bebas.

Hal itu menurutnya, berakibat pada proses pemilu dan kepemimpinan yang dihasilkan belum mencerminkan karakter bangsa yang berketuhanan, berprikemanusiaan dan yang kedepankan persatuan serta keutuhan NKRI untuk wujudkan kesejahteraan rakyat.

“Diperlukan desain pemilu yang semakin baik dalam aspek demokrasi, efektivitas dan efisiensinya. Sehingga mampu hadirkan pemimpin di eksekutif dan legislatif yang memiliki kapabilitas, integritas, dan loyalitas kepada bangsa,” ujar Jazuli dalam sambutannya di acara diskusi bertajuk “Menggagas Pemilu Ideal 2019” di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/9).

Jazuli mengatakan, Fraksi PKS ingin menggagas pemilu ideal dengan perbaikan instrumen didalamnya seperti pemilih, calon pemimpin, penyelenggara pemilu, dan regulasi. Ia pun meminta penyelenggara pemilu untuk membuat regulasi terkait kegiatan promosi calon sehingga harus diatur secara tegas.

“Agar terwujud keadilan dan proporsionalitas dalam mempromosikan kontestan sehingga harus diatur dengan tegas,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II DPR, Almuzzammil Yusuf mengaku perlu pengkajian ulang sistem proporsional terbuka dalam sistem pemilu Indonesia. Karena, kata dia, sistem dengan menggunakan prinsip suara terbanyak memiliki banyak persoalan yang substansial.

“Sistem iu melahirkan kompetisi yang sengit antar caleg dalam satu parpol sehingga saling menjatuhkan. Sistem ini mendorong tiap caleg berlomba-lomba menggunakan politik uang,” kata Muzzamil pada kesempatan yang sama.

Sistem proporsional terbuka, menurut dia, mendorong sejumlah parpol akhirnya mengambil jalan pintas dengan menerapkan strategi merekrut selebriti menjadi caleg.

“Hal itu berdampak pada mengedepankan popularitas daripada kredibilitas dan kapabilitas caleg,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara