Marwan Batubara

Jakarta, aktual.com – Perusahaan di bawah Grup Bakrie hampir selalu dibayangi isu negatif. Mulai dari utang jumbo, pengelolaan perusahaan yang mengedepankan gali lobang tutup lobang, hingga dugaan keterlibatan dalam kasus Jiwasraya. Kasus Lapindo pun tak kunjung tuntas. Bahkan, seringkali proyeknya mangkrak sehingga terlilit utang seperti kasus tagihan utang Rp75 miliar dari KFC ke anak usaha Grup Bakrie bidang properti.

Anak usaha lain yakni Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mencatatkan utang hingga triwulan III 2020 senilai Rp 10,18 triliun, yang merupakan utang jangka pendek.

Akibat banyak utang, saham saham Grup Bakrie seringkali disebut saham gocapan lantaran tidak likuid dan kinerjanya memble.

Dengan banyaknya sentimen negatif, banyak kalangan meminta publik harus berhati hati dalam mengambil keputusan terkait bisnis Grup Bakrie.

“Dari dulu sudah banyak pengalaman buruk terkait Grup Bakrie ini. Jadi publik harus hati-hati,” ujar Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara ketika dihubungi wartawan di Jakarta, ditulis Jumat (28/5/2021).

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin