Group Bakrie, kata dia, juga memiliki utang kepada pihak-pihak lain, sehingga bila ada pihak yang ingin melakukan investasi perlu menerapkan kehati-hatian.

Masih ingat betul, katanya, seperti kasus Lapindo, karena sulit ketika pemerintah menjadikan ini bencana nasional dan pemerintah yang harus membayar ganti rugi.

“Bakrie justru punya komitmen terhadap pemerintah yang belum diselesaikan semuanya,” tegasnya.

Beban utang denominasi dollar di Grup Bakrie bisa membahayakan, jika terjadi fluktuasi mata uang. Jika kondisi pasar makin tak stabil utang bisa makin menggunung. Apalagi emiten-emiten sekarang ini lebih memilih rupiah demi menghindari fluktuasi.

Sementara analis pasar modal Lucky Bayu menilai perusahaan Bakrie Group harus segera melakukan restrukturisasi internal terlebih dahulu untuk melakukan optimalisasi asset yang di nilai masih memiliki peluang produktifitas.

“Melakukan merger, (penggabungan usaha dengan pihak/partner strategis, agar memungkingkan untuk meningkatkan nilai tambah perusahaan di masa yang akan datang,” jelas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin