Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam seminar Revolusi Pangan dengan tema 'Membangun Sistem Integrasi Horizontal Industri Pangan Bangsa' dalam Indo Livestock Expo and Forum yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) di JCC Senayan. ANTARA/HO-Humas Bapanas

Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mendorong semua pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama memperkuat sinergi ekosistem pangan nasional yang mandiri dan berdaulat dengan penuh integritas.

“Tentunya yang harus kita dorong bersama-sama adalah ketahanan pangan yang berdasarkan kemandirian pangan dan kedaulatan pangan dengan penuh integritas untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045,” kata Arief dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (20/7).

Menurut Arief pewujudan ketahanan pangan nasional yang mandiri dan berdaulat dibangun di atas ekosistem pangan yang berkelanjutan.

Hal itu, lanjut Arief, untuk mendorong perlindungan terhadap petani, peternak, dan nelayan guna meningkatkan daya saing, menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan.

“Serta memastikan pemerataannya baik dari segi infrastruktur maupun pemenuhannya,” ujar Arief Arief dalam seminar Revolusi Pangan dengan tema ‘Membangun Sistem Integrasi Horizontal Industri Pangan Bangsa’ dalam Indo Livestock Expo and Forum yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) di JCC Senayan.

Dia menuturkan, melalui ekosistem yang ramah lingkungan pula cemaran jejak karbon atau carbon footprints hilirisasi pangan akan dapat dikurangi sedikit demi sedikit.

Untuk itu Arief mengajak seluruh pelaku usaha pangan untuk bersinergi dalam integrasi horisontal ekosistem pangan nasional demi kepentingan bersama sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya guna mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan.

Kebijakan pangan ditetapkan sesuai visi Presiden Joko Widodo untuk menjaga harga yang wajar di tingkat produsen, pedagang, dan konsumen antara lain melalui penetapan harga pembelian pemerintah (HPP), harga eceran tertinggi (HET), dan harga acuan pembelian dan penjualan (HAP) sehingga nilai tukar tetani (NTP) dapat terus dijaga di atas angka 100.

Selanjutnya penguatan infrastruktur berbasis rantai dingin seperti cold storage, reefer container, heat pump dryer, dan air blast freezer terus dibangun di berbagai wilayah bersama pemerintah daerah untuk menunjang perpanjangan masa simpan produk (shelf life) dan pemerataan distribusi antarwilayah.

Upaya ini dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan yang akan berdampak pada stabilnya harga pangan baik di tingkat produsen maupun konsumen.

“Jadi pada saat semua panen harga jatuh, itu kita beli dengan harga yang baik sesuai dengan HAP, disimpan. Dua bulan lagi harganya akan kembali, dan kita bisa menjaga harga ayam, cabai, dan bawang agar tidak melambung tinggi,” ungkap Arief.

Sementara itu pengelolaan cadangan pangan pemerintah (CPP) sebagaimana diamanatkan Perpres 125 Tahun 2022 dioptimalkan untuk melakukan berbagai intervensi baik upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan, kondisi kedaruratan bencana, hingga penyaluran bantuan pangan bagi masyarakat rentan untuk mengurangi tingkat kemiskinan.

Bantuan pangan telur ayam, daging ayam ras, maupun susu disalurkan kepada masyarakat untuk mengurangi tingkat prevalensi stunting, termasuk untuk mendukung program pemberian makan bergizi bagi anak sekolah.

“Di sisi lain penyusunan neraca komoditas pangan dan penguatan satu data pangan digunakan untuk memitigasi gejolak pasokan dan harga pangan,” terang Arief.

Ia juga mendorong kepala daerah untuk memahami peran cadangan pangan pemerintah daerah (CPPD) serta upaya-upaya pengendalian inflasi komponen bergejolak (volatile food) yang disebabkan oleh pangan.

Arief mendorong pula sinergitas ABGCM (academics, bussines, government, community, and media) sebagai kunci integrasi untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Menurutnya untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan diperlukan integritas penuh yang diikuti dengan upaya pelestarian dengan alam dan lingkungan.

“Karena kita ini deal dengan makhluk hidup, deal kita itu dengan pangan, peternakan juga makhluk hidup, maka harus ada rasa dalam kita mengelola pangan yang ada hari ini,” kata Arief.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Sandi Setyawan