Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi memberikan penjelasan mengenai alasan harga beras yang tetap tinggi, walaupun sudah ada impor.

“Sehingga kalau ada orang yang bertanya ‘udah impor masih tinggi?’, nah ini karena kita jaga harga di tingkat petani,” kata Arief.

Arief menyampaikan bahwa keputusan tersebut sejalan dengan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjaga harga di tingkat petani. Dia menjelaskan bahwa saat ini harga gabah di tingkat petani berada di atas Rp 7.000 per kilogram.

“Artinya importasi yang dilakukan, 3 juta ton pada 2023, itu importasi yang terukur,” ucap Arief.

Dia menekankan bahwa kebijakan impor beras tidak boleh menyebabkan penurunan harga di tingkat petani seperti yang terjadi di masa lalu. Arief memberikan contoh bahwa harga gabah pada masa lalu bahkan bisa mencapai Rp 3.000 per kilogram.

“Ini yang kita jaga sehingga nilai tukar petani sangat baik angkanya di 114 persen. Beberapa tahun lalu 95 persen, 95,2 persen,” tutur Arief.

Setelah mengadakan pertemuan terbatas dengan Jokowi pada 18 Januari, Arief menyatakan bahwa terdapat kekurangan pasokan beras nasional sekitar 2,8 juta ton. Hal ini dipicu oleh kejadian El Nino yang terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2024.

Karenanya, pemerintah berencana untuk menutup kekurangan pasokan beras tersebut dengan melakukan impor. Jumlah defisit sekitar 2,8 juta ton beras ini merujuk pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS memperkirakan kebutuhan rata-rata beras secara nasional sekitar 2,5 hingga 2,6 juta ton setiap bulan, sementara produksi pada awal Januari mencapai kurang dari 1 juta ton karena pengaruh dari fenomena El Nino.

Arief menyatakan bahwa Presiden Jokowi telah memberikan persetujuan untuk melakukan impor sekitar total 2 juta ton beras dari Vietnam dan Thailand. Selain itu, Bapanas juga akan mengambil tindakan selanjutnya berdasarkan hasil lobi yang dilakukan oleh Jokowi kepada sejumlah kepala negara terkait dengan tambahan impor beras.

Artikel ini ditulis oleh:

Yunita Wisikaningsih