Jakarta, Aktual.co — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Andrinof A. Chaniago mengkritik banyaknya komoditas batu bara dari Kalimantan yang di ekspor ke luar negeri, padahal komoditas tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk menuntaskan masalah defisit listrik di Pulau itu.

Menurutnya, hasil tambang batu bara di Kalimantan seharusnya dimanfaatkan terlebih dahulu untuk konsumsi rumah tangga dan industri di daerah setempat, bukan di ekspor yang hanya memberi keuntungan pada segelintir kelompok.

“Ada 85 persen batu bara kita ekspor ke negara lain, dan hanya 15 persen untuk daerah, seharusnya batu bara kita pakai. Akhirnya kita defisit listrik kan,” ujar Andrinof di Palangkaraya, Senin (30/3).

Sebagai gambaran, di Kalteng yang menjadi provinsi terluas di Kalimantan, cadangan terbukti batu bara sebanyak 40 juta ton dengan potensi produksinya mencapai 1,05 miliar ton. Selain batu bara, Kalteng juga kaya akan logam mulia, logam dasar, mineral industri, dan juga penghasil utama untuk batu bara metalurgi. Data tersebut menurut dokumen Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kalteng.

Namun, batu bara yang dapat menjadi bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Uap itu, menurut Andrinof tidak dioptimalkan dengan baik untuk pemenuhan kebutuhan daerah. Rasio elektrifikasi di Kalteng baru 70 persen. Kegiatan industri pun masih lesu.

Oleh karena itu, kata Andrinof, selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat, listrik dari batu bara juga dapat dioptimalkan untuk membangun kawasan industri dan fasilitator teknologi untuk kawasan industri.

“Itu adalah terjemahan dari konsep kemandirian dan ketahanan ekonomi yang diusung sendiri oleh Provinsi Kalteng,” kata dia.

Andrinof menekankan prioritas pembangunan di Kalteng adalah pembangunan pembangkit listrik. Dia mengkritik jika terdapat rencana pembangunan di Kalteng yang bertujuan untuk terus meningkatkan ekspor batu bara, tanpa mengutamakan pemenuhan kebutuhan listrik.

“Jangan sampai potensi daerah tidak dimanfaatkan oleh pemerintah setempatnya, malah dialirkan ke luar negeri, dan luar negerilah yang memanfaatkan potensi daerah itu,” kata dia.

Andrinof juga mengaku khawatir jika pertumbuhan ekonomi Kalteng yang mencapai 6,12 persen dicapai karena kontribusi-kontribusi sektor yang tidak berkualitas.

Sektor yang tidak berkualitas itu, menurut dia, sektor ekonomi yang hanya menguntungkan kalangan masyarakat tertentu, yang justeru mengakibatkan tingkat ketimpangan ekonomi semakin melebar.

Jika potensi sumber alam Kalteng dapat dioptimalkan, kata Andrinof, pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut seharusnya mencapai 8-9 persen.

Sementara itu, Gubernur Kalteng Agustin Teras Nanang menyebutkan pemerintah provinsi juga mengagendakan pembangunan pembangkit listrik dalam waktu dekat, selain peresmian pembangunan rel kereta api.

Agustin mengatakan dalam rencana ke depan, potensi batu bara di Kalteng akan diutamakan untuk kepentingan daerah. Batu bara yang di ekspor, kata dia, hanya batu bara dengan kandungan kalori yang tinggi dan diperolehkan sesuai peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

“Utamanya untuk ‘domestic market obligation’. Perbandingannya 70 persen untuk domestik, 30 persen untuk ekspor,” kata dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka