Dua tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla - Impor bahan pangan. (ilustrasi/aktual.com)
Dua tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla - Impor bahan pangan. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Tren konsumsi pangan dewasa ini tak hanya bergantung pada komoditas beras. Perubahan itu terjadi seiring makin kuatnya pertumbuhan kelas menengah Indonesia.

Sehingga diprediksi konumsi pangan tak hanya melulu beras, tapi juga ada tren peningkatan konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan. Untuk itu, Kementerian PPN/Bappenas menyarankan agar kementerian terkait harus melihat tren konsumsi pangan tersebut.

Demikian disebutkan, Direktur Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, Noor Avianto dalam diskusi ‘Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan untuk Wujudkan Hak Atas Pangan’, di Jakarta, Minggu (30/10).

“Saat ini, urban society meningkat. Sehingga, orang-orang dalam konsumsi pangan akan lebih praktis, dengan kualitas tinggi, organik, premium, sehat, dan aman. Itu yang akan terjadi. Kalau kita tak bisa ikuti tren ini, maka hak atas pangan akan sulit tercapai,” terang Avianto.

Menurutnya, dengan pola tren konsumsi pangan seperti itu, dan di satu sisi pertanian nasional sendiri masih menggantungkan pada komoditas beras, maka menjadi ancaman besar untuk mewujudkan hak atas pangan.

“Karena yang ada, pasar kita yang besar itu akan dikuasai oleh negara produsen pangan lain,” cetus dia.

Apalagi, kondisi produktivitas pangan Indonesia sendiri masih belum stabil. Data produktivitas padi, pertumbuhannya kecil hanya mencapai 0-4 persen.

Padahal, jika tetap kondisinya seperti itu, kata dia, di saat bersamaan dengan jumlah penduduk yang meningkat, dan penduduk menengah juga meningkat, telah membuat struktur pangan pun dengan sendirinya mengalami perubahan.

“Dari tren konsumsi pangan yang ada, ternyata konsumsi beras telah menurun, dan konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan telah meningkat,” jelasnya.

Ditambah lagi, lahan pertanian juga kian menguaut. Berdasar data pantauan Bappenas, lahan sawah relatif stagnan pertumbuhannya. Sementara fakta lainnya, banyak sawah-sawah yang justru disulap menjadi gedung-gedung perkantoran.

Belum lagi bicara perubahan iklim, kata Avianto, pergeseran musim tanam akibat iklim ini telah berdampak terhadap pola produksi sektor pertanian nasional.

“Jadi, bagaimana kebijakan pangan ke depan? Kita lihat dulu dari sisi penduduknya. Ke depan, diperkirakan (penduduk) meningkat dan kelas menengah meningkat. Sehingga produksi pangan disesuaikan dengan tren konsumsi masyarakat,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan