Jakarta, Aktual.com – Sektor manufaktur Indonesia harus disiapkan menjadi bagian dari pemasok kebutuhan global, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro.
Pemerintah Indonesia harus masuk ke dalam sistem perdagangan dunia dan mengikuti kebutuhan manufaktur dunia, hingga akhirnya mampu menjadi bagian dari “supply chain global”,” katanya dalam diskusi Evaluasi Akhir Tahun 2016 dan Harapan 2017, di Kantor Bappenas, Jakarta, Sabtu (31/12).
Caranya, kata dia, sektor manufaktur Indonesia harus mampu memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh pasar global dengan menjaga kualitas terbaik. Dengan demikian, pasar global akan menjadikan produk Indonesia sebagai bagian dari rantai tersebut.
“Dengan menjadi bagian dari rantai ‘supply global’, kita nanti bisa mengurangi ketergantungan pada komoditas yang rentan terhadap perkembangan harga global,” ujar Menteri.
Ia mengatakan, Indonesia harus kembali mengembangkan sektor manufaktur untuk menjadi bagian mata rantai global supply chain. Sebab manufaktur merupakan prasyarat untuk negara maju di dunia.
“Prasyarat untuk negara maju di dunia adalah, minimal kontribusi manufakturnya dalam produk domestik bruto (PDB) mencapai 30 persen lebih. Dan saat ini, Indonesia baru mencapai 20 persen. Masih sangat jauh,” kata Bambang.
Ia menambahkan, upaya untuk mendapatkan 10 persen kekurangan kontribusi manufaktur, membutuhkan waktu yang lama. Meski demikian, upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan perbaikan sektor tersebut menjadi hal penting yang harus diapresiasi.
“Butuh waktu lama, artinya ada proses. Dan, yang penting adalah, ada semangat untuk reindustrialisasi. Itu yang paling penting. Jadi, manufaktur-manufaktur yang bisa dikembangkan, kita kembangkan,” papar Kepala Bappenas.
Ia mengatakan, bahwa beberapa sektor manufaktur yang bisa dikembangkan di antaranya adalah manufaktur berbasis sumber daya alam, manufaktur yang menyerap lapangan kerja, manufaktur yang berorientasi pada konsumsi, “consumer goods”, atau otomotif.
“Sektor manufaktur tersebut sangat berpotensi mendongkrak perekonomian. Jadi, kita harus berfokus pada sektor-sektor yang potensial seperti itu,” kata Bambang.[Ant]
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Andy Abdul Hamid