Jakarta, Aktual.com — Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi realisasi pertumbuhan ekonomi 2015 bisa mencapai 4,8 persen (year on year/yoy) dengan dorongan utama dari belanja pemerintah di sisa tahun, dan pemulihan konsumsi masyarakat.
“Konsumsi rumah tangga sudah pulih didorong inflasi yang terkendali dan stimulus dari belanja pemerintah pada akhir triwulan III dan sepanjang triwulan IV 2015. Dari daerah juga disumbang pencairan anggaran Dana Desa telah menstimulus konsumsi,” kata Direktur Keuangan Negara dan Analisa Moneter Kementerian PPN/Bappenas Sidqy L.P Suyitno di Jakarta, Selasa (2/2).
Adapun, angka resmi pertumbuhan ekonomi 2015 akan dirilis Badan Pusat Statistik pada Februari 2016 ini.
Menurut Sidqy, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan IV bisa kembali di atas 5,0 persen seperti pada tren-tren pada tahun sebelumnya, setelah pada penghujung semester I 2015 konsumsi rumah tangga tertekan ke 4,9 persen.
Pendorong pertumbuhan lainnya, ujar Sidqy, adalah realisasi belanja pemerintah di dua triwulan terakhir pada 2015. Menurutnya, melajunya realisasi belanja pemerintah telah memulihkan aliran investasi di triwulan III dan IV.
Sidqy menambahkan, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Keuangan di sisa tahun 2015, telah mengendalikan belanja anggaran untuk dicairkan pada sektor-sektor produktif yang bisa mendorong laju perekonomian.
Hal itu juga dilakukan dengan pengendalian revisi anggaran Kementerian/Lembaga agar tidak ada pencairan anggaran untuk sektor konsumtif yang semata-mata hanya ingin mengejar realisasi anggaran.
“Makanya kita bisa lihat belanja pemerintah akan mendorong di pertumbuhan ekonomi 2015,” kata dia.
Sementara untuk kontribusi ekspor, Sidqy mengakui andilnya tidak akan signifikan karena masih terkendala lesunya harga komoditi.
Adapun laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama sebesar 4,71 persen, kuartal kedua 4,67 persen dan kuartal ketiga 4,73 persen.
Bank Indonesia juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,8 persen sepanjang 2015.
Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, stimulus dari kebijakan makroprudensial berupa pelonggaran “Loan To Value” (LTV) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR), apartemen, dan kendaraan bermotor juga telah berkontribusi untuk memulihkan perekonomian.
Selain itu, BI juga melakukan penurunan Giro Wajib Minumum-Primer untuk menambah likuiditas perbankan.
“BI perkirakan 4,8 persen untuk keseluruhan 2015,” kata Perry.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka