Malang, Aktual.com – Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah mengemukakan dampak buruk informasi yang bertebaran di media sosial (medsos) bisa lebih buruk ketimbang yang disajikan di layar kaca (televisi), sebab semua informasi bisa masuk dengan bebas tanpa ada filternya.
“Yang tidak kalah penting adalah dampak yang ditimbulkan lewat medsos, apalagi belakangan ini makin mudah diakses lewat gawai. Medsos ini juga punya pengaruh luar biasa pada masa depan anak jika tidak diawasi dengan benar oleh orang tua,” kata Basarah di Malang, Jawa Timur, Sabtu (21/4).
Sedangkan televisi, kata politikus PDI Perjuangan itu, bisa memberi dampak positif, baik sebagai media hiburan maupun pendidikan, namun jika tidak diwaspadai dengan benar tayangan di layar kaca ini bisa memberi efek buruk juga, terutama bagi anak-anak.
Setiap hari, lanjutnya, anak-anak menonton acara TV selama 4-5 jam. Jika tanpa ada bimbingan orang tua, apalagi sampai lengah, dampaknya luar biasa bagi anak-anak, meski tayangan di TV selama ini sudah ada yang mengawasi yaitu KPI.
Sementara di medsos, katanya, belum ada pengawasnya, sehingga diperlukan kehadiran ibu untuk menjalankan tugas mengawasi penggunaan medsos oleh anak-anak di gawai masing-masing. “Inilah tantangan ibu-ibu sebagai ‘Kartini’ di era digital. Ibu-Ibu wajib mengawasi gencarnya informasi lewat medsos,” ujarnya.
Ia mengemukakan Kartini modern memang tak hanya identik dengan sanggul dan konde. Sosok “Kartini” di era digital sekarang punya tanggung jawab lebih besar, terutama untuk mengawal anaknya sebagai generasi penerus bangsa agar memperoleh informasi secara tepat dan benar.
Basarah mencontohkan maraknya kampanye LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual) yang banyak bertebaran di masyarakat belakangan juga menyasar generasi muda lewat media sosial. “Oleh karena itu, ibu-ibu harus lebih hati-hati memberikan gawainya kepada anak-anak. Sebab, saat ini di medsos belum ada hakim, juri, atau pengawasnya,” katanya.
Selain Ahmad Basarah, yang didapuk dalam acara Cantik ANTV tersebut adalah Hardly Stefano (Komisioner KPI Pusat) dan Monica Desideria (mantan presenter Lensa Olahraga ANTV).
Ketiga pembicara tersebut mengajak warga kota Malang, terutama para ibu untuk lebih mencermati konten di media, baik konvensional maupun digital. Semakin banyaknya isu hoax di medsos diharapkan dapat diimbangi dengan informasi-informasi faktual yang dimunculkan melalui media penyiaran.
“ANTV merupakan lembaga penyiaran yang banyak menghadirkan warna program hiburannya. Mulai dari serial lokal, India, hingga reality show menjadi program-program yang dinanti pemirsanya. Di sisi lain, ANTV tetap menghadirkan segmen informasi dan edukasi melalui kemasan cerita dan pemberitaan ANTV,” kata Monica.
Bahkan, lanjut Monica, soal emansipasi beberapa kali disisipkan dalam cerita-cerita serial India yang secara kultur dekat dengan kehidupan sosial di Indonesia. “Kami berharap kegiatan Cantik ANTV di Kota Malang ini membuat potensi perempuan di daerah ini tumbuh lebih baik,” ucapnya.
Acara bertema literasi media yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Kartini ini makin meriah dengan hadirnya dua artis ibukota, Nona Ayu dan Sendy Ariani (mantan personel Jkt48).
Sementara itu, Komisioner KPI Pusat Hardly Stefano mengatakan pendekatan ang dilakukan KPI adalah pendekatan dialogis, selalu menyampaikan berbagai masukan mana yang boleh dan yang tidak boleh tayang kepada industri televisi. Selanjutnya, kalau sudah tidak melanggar, harus meningkatkan kualitas siaran agar bisa menyampaikan pesan yang edukatif dan positif ke masyarakat Menurut dia, secara umum pertelevisian Indonesia dibagi dua, yakni televisi hiburan dan televisi berita.
“KPI tidak bisa memaksa televisi hiburan untuk menayangkan banyak berita, paling tidak ada 1-2 program berita untuk menyampaikan informasi. Tayangan hiburannya pun harus yang memberi inspirasi positif bagi masyarakat,” ujarnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara