Jakarta, Aktual.co — Badan SAR Nasional menyatakan korban longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, bertambah 21 orang terhitung hingga Minggu (14/12) sore.

“Tim rescue Basarnas dan Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi 21 korban meninggal dunia. Jumlah keseluruhan korban tewas yang berhasil ditemukan hingga Minggu sore ini adalah berjumlah 39 orang, 18 korban tewas ditemukan hari sebelumnya,” kata Kepala Kantor SAR Semarang selaku SAR Mission Coordinator (SMC), Agus Haryono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.
 
Agus menyebutkan nama-nama 21 korban yang teridentifikasi, di antaranya Maryamah (37), Amin (33), Tursino (50), Tarwoto Bundar (50), Uripah (12), Sofan (18), Rebutuharsono (57), Tika Royani (18), Karyoto (50), Uut Sabar Fujiyanto, Burhan Bin Topari (28), Mulyono (25), Sulistyantoro Gemuruh (23), Salima (40), Fendi Budiyanto, Sefi Bin Hamin (15), Agus Bin Hadi (30), Mugianto Bin Kasman (12), Burhan Bin Miyarso (50), Mr X, Mr X balita.
 
Agus mengatakan tim SAR gabungan dibagi menjadi empat SAR Rescue Unit (SRU) atau regu, yakni pertama, pencarian menemukan korban sepasang suami istri yang terjebak di dalam mobil.

“Proses evakuasi terkendala karena kedua korban terjepit di jok depan,” katanya.

Karena itu, dia mengatakan Basarnas Special Grub (BSG) harus memotong kabin bagian atas “pick up” warna putih tersebut.

Dia menambahkan pemotongan dilakukan dengan menggunakan peralatan ekstrikasi. “Sulitnya pengambilan korban hingga memakan waktu sampai tiga jam, baru kedua korban berhasil dievakuasi sekitar pukul 09.00 WIB,” katanya.

Dititik lain, lanjut Agus, tim SAR gabungan berhasil menemukan tiga orang, salah satu korban masih memegang stang sepeda motor dan terjepit di bawah mobil pickup warna biru.

Agus menjelaskan korban laki-laki yang diketahui seorang satpam itu berhasil dievakuasi setelah mengangkat mobil yang menjepitnya serta dengan menyemprotkan air ke tanah yang menimbunnya.

Tim SAR juga menemukan dua korban laki laki yang berada di sekitar mobil ‘pic kup’ tersebut. Proses evakuasi kedua korban tersebut tidak sulit karena cukup dengan menyemprotkan air kedalam timbunan tanah di sekitar mobil tersebut, katanya.

Sekitar pukul 15.15 WIB, lanjut Agus, kembali menemukan korban berjenis kelamin perempuan yang ditemukan terjepit mobil “pick up” warna merah.

Dia mengatakan proses evakuasi korban dilakukan dengan menyemprotkan air ke sekitar jasad korban.

“Pencarian hari ini sangat efektif, cuaca sangat mendukung, cerah, tidak hujan sehingga dapat melakukan pencarian tanpa kendala yang berarti,” katanya.

Agus mengatakan relawan yang tergabung dan membantu tim SAR hingga mendekati angka 1.000 orang.
 
Dia menyebutkan dalam operasi SAR tanah longsor Banjarnegara, Basarnas melibatkan empat Kantor SAR yakni, Kantor SAR Semarang, Kantor SAR Yogyakarta, Kantor SAR Surabaya, Kantor SAR Bandung dan Basarnas Special Grub (BSG).
“Selain itu, relawan yang turut bergabung dengan Tim SAR gabungan dilaporkan terus bertambah,” katanya.

Berdasarkan data Posko Basarnas di lokasi bencana, Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, terdapat 34 instansi dan organisasi SAR.
 
Adapun Tim SAR gabungan terdiri atas Basarnas, TNI, Polri, BPBD, Tagana, PMI, Wanadri, relawan serta organisasi SAR lainnya.

“Untuk sementara operasi SAR dihentikan pada pukul 17.30 WIB dan akan dilanjutkan pada esok hari,” katanya.
 
Sementara itu, menurut On Scane Comander (OSC) Koordinator Tim SAR gabungan Nyoto Purwato, proses evakuasi korban yang berada di dalam mobil memerlukan peralatan khusus dan tenaga “rescuer” (penyelamat) yang benar benar mempunyai keahlian.
 
“Ketika menemukan korban yang berada dibawah mobil, kita stabilkan dulu mobilnya kemudian baru kita ambil korbannya. Setelah itu kita lakukan penyemprotan air kepada tumpukan material di sekitar korban yang bertumpuk itu. Sedangkan evakuasi korban yang tertumpuk dan tertimpa mobil menggunakan ekstrikasi,” papar Nyoto.
 
Terkait dengan banyaknya minat relawan yang ingin bergabung melakukan pencarian, Nyoto Mengimbau supaya bekerja aman.
 
Dia mengaku dari awal bahwa pada saat mengevakuasi medan khusus yang sulit, relawan harus mempunyai kualifikasi “rescuer”.

Nyoto menekankan kalau memang belum mempunyai kualifikasi rescuer maka tidak diperkenankan melakukan pencarian di medan sulit itu, dikarenakan kondisinya sangat berbahaya.
 
“Kami tidak mengharapkan nantinya akan berakibat buruk ketika teman-teman relawan yang tidak mempunyai kualifikasi tersebut memaksa terjun ke lokasi yang berbahaya itu,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: