Jakarta, aktual.com – Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah bahwa sekutu militernta, Rusia, membuat keputusan untuknya, tetapi mengatakan wajar jika ada perbedaan pendapat antara sekutu, dalam wawancara yang diterbitkan pada Minggu oleh media pemerintah.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris, the Mail pada Minggu, yang ditayangkan penuh oleh kantor berita pemerintah Suriah, SANA, Bashar menanggapi pertanyaan tentang apakah Moskow sekarang mengendalikan gerakan diplomatik dan militer Suriah.
“Mereka (orang-orang Rusia) tidak pernah, selama hubungan kami, mencoba mendikte, bahkan jika ada perbedaan,” katanya, menurut transkrip wawancara SANA, yang diberikan dalam bahasa Inggris.
“Adalah wajar untuk memiliki perbedaan antara pihak-pihak yang berbeda, baik di dalam pemerintah kita atau pemerintah lainnya; Rusia-Suriah, Suriah-Iran, Iran-Rusia, dan di dalam pemerintah itu sangat alami, tetapi pada akhirnya satu-satunya keputusan tentang apa yang terjadi di Suriah dan apa yang akan terjadi, itu adalah keputusan Suriah, “kata Bashar.
Dukungan Iran dan Rusia sangat penting bagi upaya perang Bashar, tetapi agenda yang berbeda dari sekutunya di Suriah telah menjadi lebih jelas akhir-akhir ini ketika Israel menekan Rusia untuk memastikan Iran dan sekutunya tidak memperluas kekuasaan militer mereka di negara itu.
Pada Selasa Reuters melaporkan bahwa penempatan pasukan Rusia di Suriah dekat perbatasan Libanon telah menyebabkan gesekan dengan pasukan yang didukung Iran, dalam apa yang tampaknya menjadi kasus langka Rusia bertindak tidak sinkron dengan sekutu Bashar, Iran.
Seruan Rusia baru-baru ini agar semua pasukan non-Suriah untuk meninggalkan Suriah selatan telah dilihat sebagai ditujukan sebagian pada Iran, selain pasukan AS yang berbasis di daerah Tanf di perbatasan Suriah-Irak.
Dalam wawancara, Bashar juga mengatakan dia mengharapkan perang di negaranya akan berakhir dalam “kurang dari setahun” dan menyatakan kembali tujuannya untuk mengambil kembali “setiap inci” wilayah Suriah.
Dia mengatakan keterlibatan kekuatan asing seperti Inggris, Amerika Serikat dan Prancis memperpanjang konflik dan telah memperlambat resolusi untuk situasi di wilayah yang dikuasai pemberontak di Suriah barat daya.
Dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah Suriah dan pasukan sekutu telah merebut kembali daerah oposisi yang terkepung di Suriah utara, Homs, dan menghancurkan kantong pemberontak terakhir di dekat ibu kota.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby