Jakarta, Aktual.co — Kebijakan Pemerintah yang menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji 12 Kg kemarin secara bersamaan menuai kritikan keras dari sejumlah kalangan. Bahkan, keputusan tersebut dianggap tidak tepat dan justru berbalik semakin menambah beban masyarakat di tengah melambungnya harga beras saat ini.
Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) menilai bahwa kenaikan harga BBM dan gas yang bersamaan ini adalah bentuk hilangnya rasa sosialisme negara dan hilangnya rasa empati pemerintah pada rakyat.
“Inilah resiko yang ditanggung rakyat jika menteri-menterinya berwatak neolib dan kapitalis, sementara presidennya tidak memahami permasalahan sehingga merestui saja langkah-langkah yang diambil oleh menterinya,” kata Ferdinand kepada Aktual.co, Jakarta, Senin (2/3).
Menurutnya, kenaikan harga ini benar-benar wujud sikap yang tidak perduli sama sekali dengan beban rakyat, pemerintah lewat menteri-menterinya bahkan berpikir untuk mengambil untung dari rakyatnya, negara bahkan bersaing dengan rakyatnya sendiri untuk mencari untung di bidang yang sama.
“Sepertinya negara kehilangan jati diri dimana seharusnya negara ada untuk mengambil beban rakyatnya bukan malah memberikan beban untuk rakyat demi keuntungan negara,” ujar dia.
Ia melanjutkan, nampaknya negara ini juga sedang mempermainkan nasib rakyat, dan bahkan negara ini tidak meletakkan rakyat sebagai pemilik kedaulatan, tetapi menempatkan rakyat sebagai objek yang harus dieksploitasi.
“Ini sudah keterlaluan, pemerintah ini perlu segera dievaluasi, Jokowi harus segera melakukan reshuffle mengganti menteri-menteri neolib dengan menteri yang paham tentang rakyat dan paham tentang trisakti Bung Karno,” tandasnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka

















