Jakarta, Aktual.co — Pengamat ekonomi dari Universitas Mataram M Firmansyah menilai jika pemerintah tetap mengikuti mekanisme pasar dalam menentukan besaran harga bahan bakar minyak sangat berpotensi memunculkan kekacauan.
Menurutnya, diperkirakan pada kuartal II dan III tahun 2015, kondisi minyak dunia akan kembali normal, berkisar antara 90 dolar Amerika hingga 120 dolar Amerika per barel.
“Maka harga BBM dalam negeri mungkin akan berkisar Rp10.000 hingga Rp14.000 per liter. Bayangkan kekacauan yang akan muncul dengan harga setinggi itu,” kata Firmansyah, Sabtu (17/1).
Menurut Ketua Pusat Kajian Ekonomi Pembangunan Universitas Mataram ini, pemerintah menabur masalah serius dengan mencabut subsidi BBM jenis premium dengan tanpa perencanaan jangka pendek yang matang.
Pada 2015, harusnya pemerintah memberi insentif, misalnya mengurangi pajak atau meningkatkan subsidi untuk pelaku usaha dan masyarakat dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga lebih kompetitif dalam harga maupun kualitas produk.
Namun, oleh pemerintah, harga BBM akan dievaluasi setiap dua minggu sekali. Artinya, kedepan harga BBM akan berubah setiap dua minggu sekali.
“Ini akan sangat rentan masalah. Harusnya pemerintah segera memotong pengaruh minyak dunia terhadap kondisi ekonomi dalam negeri dengan mengurangi impor. Lakukan konversi energi selain minyak dan gas, supaya harga bahan bakar menjadi stabil. Maka ada kepastian ketika orang mau membuka bisnis,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: