2. PBNU
Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) cenderung bersikap diplomatis dalam menanggapi insiden pembakaran yang dilakukan oleh oknum Banser.
Wasekjen PBNU, Masduki Baidlowi mengatakan jika pihaknya akan segera melakukan “langkah-langkah internal organisasi”.
Masduki menjelaskan jika Banser merupakan sayap organisasi PBNU yang bersifat independen, meskipun memiliki visi-misi yang sama dengan organisasi induknya.
Berbeda dengan Muhammadiyah, Masduki justru berdalih jika HTI merupakan musuh ideologi dari PBNU.
“Karena HTI membawa ideologi lain yang dianggap NU mengancam eksistensi ideologi negara. Dan itu sangat bahaya, maka kita menghadapi dengan saksama, mulai pengurus besar sampai ranting, dan kita hadapi itu sampai kapan pun,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid ini dilakukan dengan alasan bendera yang dibakar adalah bendera dari HTI.
“Kalau misalnya ada bendera HTI dan tulisan syahadat, kalau itu dibakar dengan berbagai niat, misalnya dalam rangka menghormati, saya kira itu bisa dipahami sebagaimana yang diutarakan Gus Yaqut. Tapi juga menimbulkan salah paham. Akan lebih bagus kalau misalnya, ada bendera seperti amankan, serahkan ke pihak berwajib dan tidak ambil langkah yang menimbulkan langkah kontroversial,” terang Masduki.
“Kita akan ingatkan, kita akan bina, kita akan bimbing, semua kader supaya anak-anak muda, anggota Ansor itu yang giat, semangatnya luar biasa. Tapi bagaimana agar tidak menimbulkan hal-hal yang kontroversial antara saudara yang satu dan yang lain,” ujarnya.
3. MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri mengeluarkan reaksi yang tendensinya cenderung mengamankan diri sendiri alias main aman.
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid menekankan pada reaksi publik atas insiden terbakarnya bendera tauhid ini.
“Tidak perlu dibesar-besarkan dan dijadikan polemik karena hal tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memicu gesekan,” katanya.
Alih-alih mengecam, Zainut justru menganggap pembakaran ini sebagai sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan. Ia berdalih jika tanggapan yang disertai emosi hanya akan memicu konflik umat Islam di tanah air.
Mengutip pernyataan Ketua Umum GP Ansor, dia mengatakan organisasi induk Banser telah memberikan penjelasan alasan pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid oleh anggotanya.
Persoalan itu, ujarnya semata untuk menghormati dan menjaga agar tidak terinjak-injak atau terbuang di tempat yang tidak semestinya.
“Hal tersebut disamakan dengan perlakuan kita ketika menemukan potongan sobekan mushaf Al Quran yang dianjurkan untuk dibakar, jika kita tidak dapat menjaga atau menyimpannya dengan baik,” jelas Zainut.
ke halaman berikutnya
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan