Jakarta, Aktual.com- Koordinator KontraS, Haris Azhar membenarkan cerita terpidana mati Freddy Budiman yang merasa dijadikan ‘lumbung’ uang oleh oknum BNN dan Polisi. Dia menyatakan bahwa cerita panjang Freddy yang mulai beredar hari ini, Jumat (29/7).

“(Pernyataan) itu konfirm dan saya bertanggungjawab penuh atas pernyataan tersebut,” tegas Haris, saat jumpa pers di kantor KontraS, Jakarta, hari ini.

Dalam kesempatan yang sama Haris pun mencoba menceritakan bagaimana kronologis pertemuannya dengan pengedar narkoba skala internasional, Freddy Budiman.

Pada 2014 silam bertepatan dengan Pemilihan Umum Presiden Ri, Haris mengaku diajak seorang pelayan rohani di Lapas Nusakambangan bernama Yani. Perkenalan Haris dengan Yani diperantarai oleh seseorang bernama Andreas.

“Pak Andreas ini adalah sahabat KontraS yang suka mendampingi KontraS di beberapa kasus,” ujarnya.

Singkat cerita, sesampainya di Lapas Nusakambangan, Haris yang datang bersama Andreas dikenalkan oleh Yani kepada Yusman dan Rasula, terpidana yang juga divonis hukuman mati. Pertemuan ini terjadi sebelum Haris bertatap muka dengan Freddy.

Usai bercengkrama dengan Yusman dan Rasula, Haris dipertemukan dengan Kepala Lapas Nusakambangan saat itu, Liberty Sitinjak.

“Saya ngobrol sama Sitinjak dulu soal tantangan mengelola LP, termasuk keterangan dia didatangi oleh pejabat dari BNN,” kata dia.

Dalam percakapan singkat itu, Sitinjak bercerita ihwal kedatangan petugas BNN yang mempertanyakan penggunaan dua kamera sisi TV di sel Freddy. Menurut Haris, orang paling berpengaruh di Lapas Nusakambangan itu juga heran mengapa petugas BNN itu mempermasalahkan kamera pemantau di sel Freddy.

“Gak tahu pangkat (orang BNN-nya) apa. Orang BNN ini yang mempertanyakan adanya dua kamera pemantau Freddy di dalam sel selama 24 jam. Secara implisit Sitinjak mempertanyakan. Dia bilang, saya mau kerja bener kok diganggu?,” papar Haris menirukan pembicaraannya dengan Sitinjak.

Kepada Haris, Sitinjak juga mengeluh soal pengurangan anggaran Lapas yang digunakan untuk kampanye salah seorang calon Presiden di Pilpres 2014. Tapi sayangnya, ihwal hal ini tidak dijelaskan secara rinci oleh Haris.

“Saya tidak tulis dalam kesaksian saya bagaimana duit untuk LP dikurangi secara siginifikan. Duitnya untuk kampanye di 2014, itu gak saya buat juga ditulisan saya. Karena saya merasa kalau diceritakan akan melebar,” ungkapnya.

Disinilah detik-detik Haris bertemu dengan gembong narkoba internasional itu. Sebelum bertemu Freddy, Haris menegaskan bahwa dirinya tidak diperkenankan untuk membawa alat komunikasi atau elektronik yang bisa digunakan untuk merekam pembicaraannya dengan Freddy.

“Setelah ngobrol sama Sitinjak, saya dipertemukan dengan Freddy dan John Kei. Dikenalkan suster Yani, ‘mas Haris ini John Kei mau ketemu dengan mas. Pertemuan terjadi di sebuah ruangan di dalam lorong,” bebernya.

Selama bersama John Kei dan Freddy, Haris juga ditemani oleh Sitinjak. Bahkan, Andreas dan Yani pun ikut bersamanya.

“Lalu diawali dengan John Kei yang bercerita soal kasusnya, apa yang dia lakukan. Lalu kemudian Freddy bercerita banyak selama dua jam lebih, seperti yang ada ditulisan itu,” tuturnya.

Haris menegaskan, bahwa cerita yang dipaparkan Freddy kepadanya sesuai dengan pernyataan yang disebar hari ini. Pun termasuk soal adanya permintaa ‘fee’ dari oknum BNN dan Polisi.

“Saya tanya berapa harga yang keluar dari pabrik di Cina, saya tebak Rp50 ribu, ternyata salah. Freddy bilang harga dari pabrik cuma Rp5 ribu. Jadi mau nitip Rp10 ribu, Rp30 ribu, Freddy gak pernah takut atau mundur. Karena dia bisa jual barang Rp200 – Rp300 ribu,” terangnya.

Pengakuan Freddy kepada Haris, soal TNI pun tak ada yang berbeda dengan pesan berantai hari ini. “Dia (Freddy) sebut orang BNN, Polri, dan juga dari petinggi TNI yang mobilnya di pakai untuk membawa barang (narkoba) dari Medan ke Jakarta dan petinggi itu duduk di samping dia,” paparnya.

Usai pembicaraan, Haris sempat menawarkan kepada Freddy untuk mengungkap pengalamannya itu. “Saya bilang ke Fredy, kalau mau diungkap kita datangi dan koordinasi dengan semua lembaga, saya teleponin Bea Cukai, BNN, polisi untuk bicarakan semua cerita Freddy,” pungkas Haris.

Artikel ini ditulis oleh: