Jakarta, aktual.com – Untuk mengurangi resiko terpapar BPA (bisphenol A) adalah dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang termigrasi molekul BPA. Artinya tidak makan atau minum, dari wadah plastik yang mengandung unsur kimia BPA. Caranya dengan menghindari minum dari minuman air galon isi ulang, yang sudah jelas mengandung unsur  BPA.

Menurut dokter spesialis anak Neonatologist dari Rumah Sakit Mayapada Kuningan, Daulika Yusna, kemasan makanan dan minuman atau galon dengan kandungan yang tidak tepat, seperti mengandung BPA, sangat berbahaya jika isinya dikonsumsi setiap hari dalam jangka waktu lama.

“Bahaya BPA dapat dirasakan dalam waktu lama. Jadi bahaya BPA tidak serta merta berefek. Contohnya pada gangguan hormon pada anak atau balita yang sedang tumbuh. Gangguan lainnya dapat memicu kanker jika BPA dikonsumsi terus menerus,” papar dr. Daulika Husna, dalam sebuah webinar dengan tema ‘Mengenal BPA dari Rumah’, Jakarta, Senin (14/12).

Lantas bagaimana zat kimia BPA ini masuk ke dalam tubuh? Dalam prosesnya, molekul BPA atau monomer di polimerisasi menjadi plastik karbonat (PC). Di proses polimerisasi itulah proses tidak berjalan sempurna sehingga menimbulkan molekul-molekul BPA bebas. Molekul BPA bebas ini kemudian bermigrasi dari kemasan atau utilitas ke makanan atau minuman yang terkonsumsi. Masuknya BPA ke dalam tubuh melalui dua cara yaitu dietary exposure dan non dietary exposure.

“Masalah BPA adalah migrasi. Migrasi adalah berpindahnya zat kimia BPA yang ada pada kemasan makanan ke dalam produk pangan. Kita akan terpapar jika kita mengkonsumsi produk pangan yang terkontaminasi BPA. Hindari risiko dengan mengurangi paparan,” tutur Dr. Azis Boing Sitanggang, pakar teknologi pangan.

Artikel ini ditulis oleh:

Zaenal Arifin