Sebagai contoh proses migrasi BPA dalam kemasan galon yang kemudian larut kedalam air didalam galon isi ulang, prosesnya yaitu, saat pengisian air ke dalam galon isi ulang di pabrik atau depo pengisian, mungkin sudah sesuai standard keamanan pangan yang telah ditetapkan, tetapi pada saat proses distribusi hingga sampai ke tangan konsumen, tidak ada yang bisa menjamin air tidak terpapar BPA.
Walaupun jika dicek masih dalam batas toleransi, tapi jika terakumulasi bertahun-tahun, maka BPA tentu saja akan mengakibatkan hal yang serius bagi kesehatan anak balita dan ibu hamil. Oleh karena itu dapat kita temui jurnal kesehataan dan kebijakan Negara maju di dunia telah melarang dengan tegas penggunaan BPA dalam kemasan makanan dan minuman.
Cara yang pertama migrasi BPA ke makanan dari bahan pengemas yang kontak dengan minuman atau makanan. Cara yang kedua antara lain debu, thermal paper, kosmetika dan lain lain.
Darrel Fernando, dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Mayapada Kuningan, mengatakan masyarakat harus teliti melihat kode kemasan plastik pada setiap produk yang digunakan, demi untuk menghindari BPA masuk ke dalam tubuh.
“Misalnya kode plastik no 7 (jenis plastik polykarbonat) yang perlu kita perhatikan dalam kemasan makanan kita, karena kode plastik no 7 biasanya mengandung BPA. Meskipun bukan di level yang berbahaya, tapi kalau bisa, diihindari agar tidak terjadi akumulasi jangka panjang,” ujar Dr Darrell.
Artikel ini ditulis oleh:
Zaenal Arifin