Jakarta, Aktual.co — Wakil Presiden Jusuf Kalla tak peduli dengan penilaian buruk sejumlah pakar asal Australia terhadap Kabinet Kerja. Dirinya mengatakan, kalau penilaian bisa dilakukan di akhir pemerintahan nanti.
“Jangan lihat awal, nilai nanti akhirnya,” kata Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Kamis (30/10).
Sebelumnya, sejumlah pakar asal Australia menilai Kabinet Kerja yang diumumkan Presiden dan Wapres Jokowi-Jusuf Kalla memiliki kelemahan, terutama kurang mencerminkan visi reformasi ekonomi dan demokrasi.
Profesor Greg Fealy dari Australian National University (ANU) di Canberra menilai, sejumlah figur dalam kabinet baru Indonesia dikenal tidak begitu mendukung reformasi ekonomi dan visi demokrasi.
Selain itu, kata Fealy, ada tokoh yang sepertinya menjadi incaran Komisi Pemberantasan Korupsi, tetapi tetap masuk dalam kabinet. Fealy lantas menyebut nama Menteri BUMN Rini Soemarno. Ia menilai, masuknya Rini yang merupakan orang dekat Megawati Soekarnoputri itu menunjukkan Jokowi mendapat tekanan dari Megawati dan PDI-P.
Hal senada dikemukakan Profesor Hal Hill, juga dari ANU Canberra. Dia menilai, Kabinet Kerja dipenuhi oleh CEO dan pengusaha, dengan jumlah teknokrat yang sangat sedikit.
Karena itu, katanya, kabinet ini memiliki kelemahan dalam visi reformasi demokrasi sebagaimana yang dijanjikan sendiri oleh Presiden Jokowi.

Artikel ini ditulis oleh: